0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Pura Beji & Keunikannya

Admin disbud | 29 Mei 2017 | 5586 kali

Pura Beji terletak di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan dengan jarak Sekitar 8 Km dari kota Singaraja ke arah timur. Objek ini sudah menjadi salah satu objek wisata budaya untuk kawasan Buleleng Timur dan dapat dicapai dengan kendaraan bermotor yang memakan waktu  sekitar 10 menit dari kota Singaraja. Pura Beji memiliki areal seluas 2500 M² dengan perhitungan 100 M panjang dan 25 M lebar.Lokasi pura ini datar dan tidak jauh dari pantai dan lingkungan sekitarnya berupa persawahan sehingga menambah keindahan dan kesejukan objek ini.Bangunan Pura Beji dengan arsitektur khas Buleleng menghadap ke barat.

Secara historis memang agak sulit ditentukan kapan Pura Beji mulai dikenal dan dimulai dibangun, mengingat peninggalan sejarah baik berupa benda-benda purbakala maupun keterangan tertulis (prasasti) tidak ada. Tetapi setelah ditelusuri sesuai dengan nama dan keadaannya, maka “Beji” sama artinya dengan “permandian” atau sumur yang merupakan sumber kesuburan. Kenyataan di areal sebelah timur Pura Beji sendiri terdapat bekas sumber mata air yang dahulu pernah berfungsi sebagai kolam.Rupanya para petani yang sangat memerlukan air untuk pengairan persawahan sangat memuliakan sumber mata air, yang kemudian mengatur pengairan melalui subak.Subak merupakan organisasi pengairan yang sudah dikenal sejak zaman pemerintahan marakata pada tahun 1074 Masehi atau abad ke-11.

Untuk itu didirikan Pura Subak Beji. Sebutan Pura Subak Beji inilah yang dikenal oleh masyarakat luas sampai sekarang. Pencerminan lambang kesuburannya dapat dilihat pada salah satu bangunan pada Pura Beji, yakni di Gedong Simpen di atas atap terdapat patung wanita Dwi Sri, yang dikenal sebagai lambang kesuburan. Dengan demikian Pura Beji yang dikenal sekarang ini, tidak lain adalah merupakan perkembangan lebih lanjut dari Pura Subak ( Pura Ulun Suwi/Pura Bedugul) yang ada di Desa Sangsit, dan telah beberapa kali mengalami perbaikan sejak dibangunnya yang diperkirakan pada abad XV.

Pura Subak Beji ini sangat besar makna dan manfaatnya bagi masyarakat Desa Sangsit, khususnya masyarakat petani sebagai temapat suci, yaitu para petani (pengamong/pesungsung Pura Subak) memohon keselamatan dan kesejahteraan terhadap Ida Sanghyang Widhi melalui manifestasinya yang bersemayam di Pura Subak Beji, yakni : Dewa Braban, Dewa Ayu Manik Galih dan Dewi Sri. Di samping pelinggih untuk para dewa yang telah tersebut di atas, masih ada beberapa pelinggih sebagai tempat pengayatan di antaranya untuk memuja Ida Betara di Pura Desa Pengastulan, yang  menurut kepercayaan dimaksudkan untuk memohon keselamatan terutama air suci (tirta) untuk memberantas hama tanaman. Begitu pula pemujaan terhadap Ida Betara di Pura Manasa Sinabun, karena masyarakat Desa Sangsit ( terutama para pengamong Pura Subak Beji ) masih merasa memiliki hubungan batin terhadap Pura Desa Manasa di Sinabun. Dahulu Desa Sangsit pernah merupakan bagian-bagian dari Desa di Sinabun. Pura Subak Beji atau yang lebih dikenal dengan nama Pura Beji memiliki beberapa daya tarik khusus antara lain adalah:

1.Keindahan Alam

Di sekitar atau di lingkungan pura terutama di sebelah utara dan barat terdapat bentangan sawah dan Pantai Sangsit yang menambah keindahan panorama, tenang, sejuk dan menyegarkan bagi para wisatawan yang berkunjung ke sana.

2.Keindahan Budaya

Relief hiasan bangunannya sangat unik dan menarik, yakni pada bangunan yang terletak di jeroan pura, yang bernama : Gedong Simpen, Pelinggih terbesar yang terletak di tengah-tengah bebaturan, yang  pada atap gedong ini di setiap sudut berhiaskan ular naga dan puncaknya terdapat patung Dewi Sri serta burung kakak tua berada di atas patung Dewi Sri. Di samping itu Pura Beji penuh dengan hiasan khas Bali Utara, sebagaimana terdapat pula pada pura Meduwe Karang dan Pura Dalem Jageraga.

Keunikan lainnya adalah upacara yang berlangsung pada hari piodalan setiap tahun sekali yaitu pada “Purnamaning Sasih Kapat”. Pada akhir ritual dilakukan upacara Bukakak dengan menggunakan ayam, ditunjukan ( katur) di pelinggih Dewa Ngurah Braban, yang berstana di Padmasana. Pelaksanaan upacara Bukakak di Pura Subak Beji ini agak berbeda dengan upacara Bukakak yang berlangsung dalam upacara Ngusaba di Subak Banjar Dangin Yeh Desa Sangsit.Di sini sajenya berupa babi hitam yang dipanggang matang sebelah. Namun hakikat atau tujuan upacaranya adalah sama, yakni Bukakak dianggap sebagai simbul Dewa Wisnu dan pelaksanaannya pada hari piodalan, yakni upacara yang berhubungan dengan subak untuk memohon berkah Sanghyang Widhi Wasa.