0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

PENJOR

Admin disbud | 23 Maret 2021 | 1581 kali

Bali memiliki begitu banyak keindahan baik alam, seni, tradisi dan budayanya. Pada saat hari raya menjelang khususnya hari raya Galungan, Bali pun dihiasi dengan keindahan Penjor yang dipasang tepat di setiap depan rumah umat Hindu di Bali. Tidak dipungkiri keindahan penjor tersebut menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi salah satu budaya dan tradisi unik di Bali.
Jejeran penjor yang dipasang di pintu kanan sebuah pekarangan, rumah, tempat usaha atau perkantoran tersebut, sehingga terlihat berbejer rapi, nuansa alam Bali terlihat begitu semarak dan meriah, pemasangan penjor di Bali secara serentak tersebut dalam rangka kegiatan upacara agama Hindu di Bali, berkaitan erat dengan perayaan Hari Raya Galungan. Penjor Galungan tersebut sudah dipasang minimal pada hari Penampahan atau sehari sebelum hari raya Galungan. Dan dari sini anda ketahui bahwa penjor di Bali tersebut bukan hanya sebuah dekorasi saja, tetapi mengandung makna filosofis dan fungsi tertentu dalam melengkapi kegiatan upacara agama Hindu.
Penjor upacara dibuat menggunakan tiang bambu tinggi melengkung setinggi sekitar 10 meter yang merupakan gambaran gunung tertinggi, yang dihiasi dengan berbagai hiasan janur dilengkapi dengan dengan hasil-hasil bumi, kue, serta kain putih atau kuning, yang menjadi bagian dari beberapa unsur yang mencirikan penjor tersebut untuk kebutuhan upacara keagamaan Hindu di Bali. Penjor juga dikatakan simbol sebuah Gunung, dan gunung sendiri merupakan stana Tuhan dengan berbagai manisfestasinya, untuk itulah pada setiap gunung di Bali dibangun sebuah pura, apakah itu pada puncaknya ataupun lerengnya.
Fungsi atau makna penjor Galungan dalam kegiatan upacara dan hari raya agama Hindu di Bali, berkaitan erat dengan Galungan melambangkan pertiwi bhuwana Agung dan simbol gunung yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan. Lambang pertiwi digambarkan sebagai bentuk wujud naga Basuki dan Ananta Boga. Jadi Penjor di Bali berfungsi sebagai sarana perlengkapan upakara yang memiliki nilai sakral dan dalam pembuatannya harus memperhatikan unsur-unsur ataupun alat-alat yang dipakai melengkapi penjor tersebut.