(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

TRADISI MEGOAK-GOAKAN BULELENG

Admin disbud | 30 Maret 2021 | 8161 kali

Banyak warisan budaya dan tradisi unik masa lampau yang masih bertahan sampai sekarang ini, salah satunya adalah tradisi Megoak-goakan yang digelar di Buleleng. Tradisi ini berasal dari desa Panji, Kecamatan Sukasada. Berupa permainan tradisional yang biasanya dilakukan oleh anak-anak, Megoak-goakan sendiri di inspirasi oleh seekor burung goak (gagak) yang sedang mengincar mangsanya. Tradisi ini terlihat unik pada masa sekarang ini, disaat permainan tradisional banyak ditinggalkan oleh kaumnya sendiri yaitu anak-anak, tetapi permainan seperti Megoak-goakan tersebut bertahan sebagai sebuah tradisi dan dimainkan oleh orang-orang dewasa terutama muda-mudi warga desa Panji.
Tradsi Megoak-goakan di desa Panji Buleleng ini digelar setiap tahun untuk menghormati jasa dari raja Ki Barak Panji Sakti. Pada saat masa pemerintahan kerajaan Buleleng, beliau adalah seseorang raja yang terkenal baik hati dan memiliki jiwa kepemimpinan tinggi sebagai penguasa di kerajaan Buleleng, nama raja ini tentunya tidak asing lagi bagi masyarakat Bali, apalagi bagi warga Buleleng. Beliaulah pendiri kerajaan Buleleng pada tahun 19660-an, terkenal sakti. Dan Ki Barak Panji Sakti menjadi orang yang pertama kali menemukan ide sehingga lahirlah tradisi Megoak-goakan tersebut.
Awalnya sang raja sedang melihat burung goak (gagak) yang sedang melintas di hadapannya, lalu burung gagak tersebut mencuri perhatian raja Ki Barak Panji, dilihatlah burung gagak yang sedang mengincar mangsanya dengan mengeluarkan taktik menarik untuk membuat menangkap mangsanya. Lalu raja Panji ini ingin menuangkan taktik tersebut kedalam permainan yang seru. sehingga beliau menemukan sebuah permainan dengan nama goak-goakan, yang sekarang sering digelar oleh masyarakat Desa Panji sehari setelah hari Raya Nyepi, dan permainan inipun dimasukkan ke dalam daftar tradisi di Kabupaten Buleleng.
Pertama kali sang raja mempraktekkan tradisi Megoak-Goakan ini kepada prajuritnya yang mana sebelum memulai tradisi ini sang raja melakukan sebuah perjanjian, jika sang raja memenangkan permainan ini, maka segala keinginan raja Ki Barak Panji harus dipenuhi oleh prajuritnya. Mereka pun menyetujui perjanjian yang dibuat oleh sang raja, dengan kegesitan dan kelincahan sang raja yang saat itu menjadi kepala goak akhirnya mampu memegang prajurit lawan yang berada di barisan paling belakang.
Akhirnya permainan Goak-goakan ini dimenangkan oleh Raja Ki Barak Panji Sakti. Beliau pun mengajukan sebuah perintah kepada prajuritnya yang mana prajuritnya harus memenuhinya. saat itu Sang raja meminta agar daerah Blambangan yang merupakan wilayah dibawah naungan Kerajaan Jagaraga, bisa dimiliki dan menjadi bagian dari keraajaan Buleleng saat itu. Dimulailah peperangan antara Kerajaan Jagaraga dengan Kerajaan Buleleng untuk merebutkan wilayah Blambangan dan akhirnya Blambangan jatuh ke tangan Kerajaan Buleleng.
Sebenarnya, jika dilihat dari asal mulanya Tradisi Megoak-Goakan yang dimainkan oleh Sang raja dengan pasukannya memiliki tujuan memberikan dan membangun semangat kepada pasukannya untuk melawan musuh dari kerajaan mereka yang saat itu sedang bermusuhan dengan Kerajaan Blambangan. Sehingga untuk menghormati dan mengenang sejarah kepahlawanan dari jasa Ki Barak Panji Sakti penduduk Desa Panji terus menjaga dan melestarikannya dengan secara rutin menggelar Tradisi Megoak-Goakan.