Jangan lupa untuk selalu Mulat Sarira atau Instrospeksi diri sebelum menilai orang lain. Sarira itu tubuh. Kata ‘mulat’ dalam bahasa Kawi berarti melihat. Jadi, ‘kembali mulat sarira’ ialah kembali melihat tubuh. Jargon ‘mulat sarira’ seringkali disinonimkan dengan ‘introspeksi diri’. Tubuh dan diri seringkali diperlakukan sama, padahal sekaligus berbeda. Masalahnya adalah bagaimana menyamakan sekaligus membedakan keduanya.
Oleh karena bertubuh maka mampu berdiri. Ia yang terampil menubuh disebut mandiri. Jadi, tubuh adalah sebab, diri adalah akibat. Menubuh atau bersetubuh itu luar biasa nikmatnya, karena di situ ada segala rasa, campuhan rasa. Teks-teks tattwa kuno juga berkata demikian.
Jalan introspeksi diri, yakni :
• Dapat menilai kembali perbuatan atau keberhasilan dan kegagalan kita pada masa lalu, dan sangatlah penting artinya untuk keseimbangan dan keselaranan kedamaian hidup kita.
• Segala perbuatan baik (subha karma) perlu dilestarikan dan dikembangkan sedangkan segala kesalahan keburukan, perbuatan tidak baik (asubha karma) patut tidak dilakukan dan dilenyapkan.
• Semua jenis perbuatan yang tergolong acubhakarma / Asubha karma ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini. Karena semua bentuk perbuatan acubhakarma inilah menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita.
Dalam hukum karma yang terdapat dalam Weda, juga disebutkan bahwa "Karma phala ika palaing gawe hala ayu". Sesungguhnya dengan adanya hukum ini akan sangat berpengaruh terhadap baik buruknya segala mahluk sesuai dengan perbuatan baik dan perbuatan buruknya yang dilakukan semasa hidup dan dengan ini Hukum karma dapat menentukan seseorang itu hidup bahagia atau menderita lahir bathin.
(Simak Selengkapnya di Blog Pesona Taksu Bali)
Via : pesonataksubali.com/phdi.or.id
Foto By : Candra Balon