Desa Pedawa, yang terletak di Kabupaten Buleleng, Bali, merupakan salah satu desa Bali Aga atau Bali Mula yang masih mempertahankan adat dan tradisi leluhur secara kental. Salah satu tradisi penting dalam kehidupan masyarakatnya adalah ritual penyucian diri yang kerap dilakukan pada hari-hari suci seperti Galungan. Meskipun tidak terdapat dokumentasi tertulis mengenai tradisi khusus bernama Mejejahitan Api, masyarakat Pedawa melaksanakan ritual Mejrimpen sebagai bagian dari upacara Galungan yang melibatkan unsur pembersihan spiritual. Ritual ini menjadi simbol keharmonisan antara manusia, alam, dan leluhur yang dijaga secara turun-temurun.
Dalam tradisi Mejrimpen, penggunaan dupa dan pembakaran sebagai simbol pembersihan menjadi elemen penting. Api berfungsi sebagai lambang transformasi dan pembersihan energi negatif, selaras dengan filosofi Hindu Bali yang menganggap api sebagai elemen suci yang mampu menyucikan jiwa dan lingkungan. Selain itu, elemen air suci juga digunakan secara melimpah dalam berbagai ritual adat sebagai simbol penyucian dan perlindungan spiritual. Keseluruhan rangkaian ritual tersebut bertujuan memulihkan keseimbangan kosmis dan menjaga keharmonisan dengan alam dan leluhur, yang merupakan inti dari kehidupan masyarakat Bali Mula di Pedawa.
Keunikan Desa Pedawa tidak hanya terletak pada ritual-ritual tersebut, melainkan juga pada keberhasilan masyarakatnya dalam menjaga warisan budaya yang sangat kental dan jarang terekspos ke publik luas. Tradisi ini memperlihatkan pentingnya menjaga nilai-nilai lokal sebagai benteng identitas di tengah arus modernisasi. Masyarakat Desa Pedawa menunjukkan keteguhan dalam mempertahankan nilai-nilai leluhur yang menjadi pondasi kehidupan mereka hingga saat ini.
Sumber: https://bali.idntimes.com/life/education/makna-tradisi-mejrimpen-galungan-c1c2-01-z9kr1-sybhhq/amp