(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

7 Desa Bali Aga Di Bali

Admin disbud | 08 Februari 2023 | 1304 kali

Keberadaan masyarakat Bali Aga sekarang ini masih bisa ditemukan di beberapa wilayah Desa mereka memiliki kebudayaan dan peradaban tersendiri. Budaya dan tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya Itulah sebabnya terkesan Pulau Dewata Bali ini semakin menarik dan unik untuk para wisatawan bukan hanya karena objek wisata yang indah tetapi juga beragam budaya serta tradisi unik yang dimilikinya sampai sekarang penduduk Bali Aga masih ada dan tetap berkembang lalu dimanakah yang termasuk Desa Bali Aga ;
1. Desa Sidatapa
Diperkirakan Desa Sidatapa mulai didirikan pada tahun 785 dengan penduduk pendatang dari sektor daerah Batur dari daerah Dauh Toro Ireng dan Jawa pengikut Rsi Markandya namun secara pasti bahwa Sidatapa penduduknya berkasta Pasek, Patih dan Batur awalnya Desa Sidatapa bernama Gunungsari lama-kelamaan masyarakat dari Gunung Sari melakukan tapa brata akhirnya nama desa itu berubah menjadi Gunung Sari Tapa Brata dan setelah masyarakat menilai keberhasilan tapa brata yang tujuannya tercapai akhirnya terlahir nama Sidatapa, Sida artinya terjadi dan tapa itu adalah tapa brata itu sendiri.
Keindahan peninggalan Desa tua yang diwariskan di desa Sidatapa masih Lestari salah satunya adalah rumah tua yang terbuat dari tanah lidah saat ini masih kokoh berdiri rumah adat kuno Desa Sidatapa ini adalah salah satu bukti sejarah di Desa Sidata bagian rumah adat ini juga terbagi atas tiga, yang pertama bagian jaba tengah yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti memasak, menganyam dan lain sebagainya ,sedangkan jabe jro merupakan ruangan yang berada di paling belakang rumah ruangan ini berfungsi untuk menyimpan alat-alat upacara persembahyangan dan benda-benda pusaka.
2. Desa Tenganan Pegeringsingan
Desa Tenganan pegeringsingan sebagai sebuah desa tradisional yang ada di kecamatan manggis Kabupaten Karangasem Provinsi Bali desa Tenganan biasa dikatakan sebagai desa Baliaga yang tetap melestarikan serta menjaga gaya hidup penduduknya dan tata penduduknya merujuk kepada ketentuan tradisional adat desa yang diturunkan oleh leluhur mereka desa Tenganan juga terkenal dengan kain pegeringsingan hasil cita kreasi dari warga tenganan kain pegeringsingan berawal dari kata gring yang artinya sakit dan sing artinya tidak jika dipadukan artinya tidak sakit kain pegeringsingan adalah kain penolak balap.
Warga desa Tenganan dari dulu sampai sekarang turun temurun populer dengan kepiawaiannya membuat kain tenun pegringsingan langkah membuat kain tenun pegringsingan di desa Tenganan Bali ini ditangani dengan teknik atau langkah tradisional yakni ganda ikan atau double ikan dan hanya ada di desa Tenganan Bali tidak ditemukan di kepulauan Indonesia yang lain karena sangat unik dan langka hasil kerajinan unik desa Tenganan Bali ini namanya benar-benar populer sampai ke penjuru dunia oleh karena kain tenun pegeringsingan itu tradisional Bali ini sampai Desa Tenganan Pegeringsingan
3. Desa Cempaga
Desa cempaga Buleleng Desa Cempaka merupakan Desa tua atau desa Baliaga yang berlokasi di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng, Desa cempaga terdiri dari dua Dusun yaitu Dusun corot dan Dusun Desa seperti halnya Desa Baliaga lainnya Desa ini memiliki tradisi yang sangat unik. Desa Cempaka berlokasi di dataran tinggi memiliki alam yang alami dengan pemandangan laut yang sangat indah, memiliki hutan desa dengan air terjun yang sangat menakjubkan serta menarik dan memiliki daya tarik wisata untuk perkembangan pariwisata di Desa Cempaka itu sendiri.
Desa Cempaga juga memiliki tari sakral yang sangat unik yang ada di Bali, contohnya adalah tari rejang Cemaga, Tari rejang adalah tarian sakral di Desa Cempaga yang ditarikan berkelompok yang sekaligus digunakan sebagai pengiring acara Spiritual di Desa Cempaga Tepatnya di Pura Puseh Agung Desa Cempaga. Tarian ini merupakan tarian perwujudan widyadara widyadari dalam menuntun Dewata yang berstana di desa cempaga yang merupakan putra dan putri dari bhatara Indra dan menuntun Bahatara Bhatari yang berstana di Pura Puseh Bale Agung Desa pakraman Desa Cempaka. Tarian Rejang ini ditarikan pada malam hari sampai di pagi hari sebelum berakhirnya upacara dipua desa cempaga. tarian ini sangat diminati oleh wanita-wanita Desa Cempaka karena tarian ini memiliki nilai akal yang sangat tinggi. Tarian ini melambangkan seorang wanita yang sangat Anggun dan mempesona hingga kita yang menontonnya merasa bahwa yang menari adalah wanita yang sangat cantik layaknya bidadari yang turun dari khayangan.
4. Desa Sembiran Buleleng
Desa sembiran Buleleng merupakan salah satu Desa yang sudah ada sejak ribuan tahun 10 Masehi. Desa tertua di Bali ini terletak di Kabupaten Buleleng . Di desa Sembiran ini ditemukan 40 perabotan kuno yang berasal dari peradaban masa lalu yaitu berasal dari zaman batu tua dan zaman besi, sebagai Desa tua atau Desa kono di Bali tentunya warga tidak meninggalkan warisan budaya dan tradisi dari leluhurnya walaupun zaman sudah modern dan kemajuan teknologi warga tetap melestarikan sejumlah kebiasaan tradisional baik dalam cakupan budaya upacara keagamaan dan bahasa yang mereka gunaka. di desa sembilan juga masih bisa ditemukan bangunan kuno seperti balai desa yang masih dilestarikan dan digunakan oleh warga desa.
Selain itu ditemukan pula prabot yang berasal dari zaman paleolitikum dan 20 prasasti perunggu yang memuat sejarah tentang keberadaan desa sembilan tersebut semua peninggalan itu tersimpan rapi di rumah tua yang berada di desa ini. Rumah yang merupakan peninggalan sejarah di masa lampau, dengan apa yang tersimpan dan dimiliki oleh desa Sembiran maka Desa ini menjadi salah satu daya tarik wisata di kawasan Bali Utara dan Sejumlah wisatawan kerap mengagendakan Tour di Bali untuk mengetahui lebih dekat keberadaan dari Desa sembilan itu.
5. Desa Julah Tejakula Buleleng
Desa Julah Tejakula Buleleng merupakan sebuah jejak peradaban kuno yang lokasinya masuk ke dalam wilayah Tejakula Kabupaten Buleleng, tak hanya nuasna dan juga panorama eksotis tempat ini juga menyimpan sederet cerita sejarah menarik. Desa Julah Konon sudah ada sejak tahun 800-an massehi terbukti dengan adanya pura Bale Agung sebuah tempat pari padatan gunung dengan pagar batu di sekelilingnya, selain warisan fisik terdapat pula warisan non fisik yang membuat Desa ini masih terus bertahan, salah satunya adalah sistem pemerintahan kuno yang masih dijadikan pedoman masyarakat hingga sekarang. Selain itu ada sejumlah aturan yang mungkin berbeda dengan kebiasaan di Bali pada umumnya salah satunya adalah masyarakat desa ini tidak mengenal upacara ngaben ataupun pembakaran jenazah.
Adapun jasad orang meninggal hanya sebatas dikuburkan, dengan sekaligus jadi salah satu bukti bahwa Desa ini tidak mengenal kelas sosial dan mengusung status samarata. Adapun ciri lain dari desa julah adalah dihadapkan berbagai ritual budaya adat yang sangat disakralkan.
6. Desa Pedawa Buleleng
Desa pedawa Buleleng Desa pegawai ini berkaitan erat dengan prasasti sanding yang berangka tahun saka 1150 atau 1072 Masehi daerah Pedawa diketahui telah dihuni oleh manusia pada zaman mesolitikum zaman batu besar terbukti dari penemuan-penemuan sarkofagus seperti bantang cempaga. Seperti halnya Desa tua lainnya di Bali Desa pedawa memiliki keunikan seperti keberadaan rumah tradisional di desa pedawa yang bernama Bandung rangke masih dilestarikan oleh warga rumah tradisional tersebut juga masih lengkap memiliki lumbung pada halaman rumahnya. Selain rumah tradisional itu Desa Pedawa juga memiliki keunikan lain seperti upacara saba malunin, upacara ini adalah upacara persembahan kepada para dewa. upacara Ini dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahun sekali. Saba Malunin terdiri dari kata Ba yang artinya Banten dan Lung artinya lungguh jadi Banten Balung adalah Banten krama yang masih terdaftar atau duduk dalam satu tata lungguh
7. Desa Penglipuran Bangli
Desa ini berasal dari kata Penglipur yang maknanya adalah menghibur atau menyenangkan orang, artinya di desa ini dulunya masyarakat bertugas untuk membantu dan membuat sang raja terhibur, selain itu juga bermakna sebagai pengeling pura, eling artinya ingat dan pura dalam makna yang luas yaitu Tanah Leluhur, jadi masyarakat di sini dalam membangun dataran desanya mengingat keberadaan pada leluhurnya yang ada di payung gede, yang lebih mengagumkan adalah Desa Penglipuran dinobatkan sebagai Desa terbersih di dunia dan terkait kebersihan Desa hal itu sudah tertuang dalam awig awig atau aturan desa yang sangat dipatuhi penduduknya, awig awig tersebut merupakan implementasi dari filsafat hidup desa adat yang berbunyi Tri Hita Karana atau Tiga sumber untuk hidup harmonis. Untuk mencapai keharmonisan itu dibuat aturan adat yang mana menjabarkan atas Prahyangan di bidang ketuhanan atau hubungan sesama manusia dengan Tuhan, Kemudian Pawongan adalah hubungan Sesama manusia, ketiga adalah kelemahan adalah hubunan manusia dengan alamnya atau yang disebut dengan lingkungan. Palemahan dalam hal ini adalah perlakuan manusia dengan menjaga alam lingkungannya, hal tersebut adalah kunci manusia dalam mencapai kebahagiaannya. Selain itu bagi masyarakat desa Penglipuran memiliki lebih dari satu istri merupakan hal yang dilarang jika seseorang memiliki lebih dari satu istri maka ia dan istri-istrinya harus pindah dari karang kerti ke karang memadu masih di dalam Desa tapi bukan bagian utama, hak dan kewajibannya sebagai warga desa adat penglipuran juga akan dicabut. Setelah orang tersebut Pindah maka akan dibuatkan rumah oleh warga desa tetapi mereka tidak akan boleh melewati jalanan umum ataupun memasuki pura dan mengukuti kegiatan adat
Karakteristik kebudayaan memang bernilai estetis unit dan bernuansa mistis sehingga mengundang orang-orang dari belahan dunia mempelajari kebudayaannya seperti juga masyarakat Bali Aga mereka memilih budaya menyembah nenek moyang dilandasi rasa kebersamaan.
Sumber : Youtube (Zelobi Omnivora Channel)