(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Tradisi Maturan Kelaci Desa Tambakan

Admin disbud | 19 Juli 2021 | 497 kali

Tradisi Maturan Kelaci Desa Tambakan

 

Desa Tambakan Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng memiliki tradisi yang bisa dibilang unik di Bali Utara. Tak hanya unik karena tradisi budaya yang dimiliki, untuk menjangkau desa ini pun harus melewati sejumlah desa di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, sehingga untuk menuju desa tersebut dari kota Singaraja harus memakan waktu yang cukup lama. Jika di desa lain, binatang sapi diharamkan bila masuk tempat suci atau Pura dalam sebutan masyarakat Bali. Akan tetapi bagi para prajuru atau krama adat di Desa Tambakan, bagi warga yang akan melangsungkan upacara upacara berupa “Maturan Kelaci” justru membawa sapi ke dalam Pura Desa.

 

Dengan tradisi ini, masyarakat Desa Tambakan akhirnya mengkeramatkan binatang sapi, bahkan menurut mantan Kepala Desa Tambakan Made Surama, di lokasi di Kantor Kepala Desa yang dibangun patung sapi, sebagai pertanda bahwa masyarakat setempat sangat menghormati binatang sapi. Aturan Kelaci yang hanya ada di desa Tambakan Kabupaten Buleleng Bali, termasuk unik dan sakral. Ritual ini digelar terhadap warga luar Desa Tambakan yang meminang perempuan di desa setempat dan upacara dilatar belakang oleh minimnya kaum di desa Tambakan pada zaman dulu, sehingga untuk mengurangi kaum perempuan yang nikah ke luar desa Tambakan bagi yang neninangnya menghaturkan upacara dengan Maturan Kelaci yang menggunakan sapi sebagai salah satu sarana upakara.

 

Upacara wajib dilaksanakan kapan saja. Bahkan ketika orang sudah meninggal dunia pun bisa dibayar, hanya saja keluarganya harus membawa adegan yang merupakan simbol dari orang yang dibuatkan upacara. Terhadap orang yang sama sekali tidak menjalankan kewajibannya selama hidupnya, sampai ia meninggal dunia, maka salah satu keluarganya akan pernah dan tidak pernah merasa tetang selamanya. 

 

Tradisi semacam ini harus dijaga kelestariannya dan warga yang memiliki kewajiban tidak dalam hubungan itu, mesti patuh dan bisa menghindar dari kewajiban tersebut. Dalam prosesi upacara Maturan Kelaci, sapi yang digunakan sebagai sarana upacara mengelilingi areal pura, diikuti anggota keluarga dengan dipandu seorang Jro Mangku di Pura setempat. Pebaktian tidak hanya dilakukan di mandala utama atau jeroan, namun juga dilaksanakan di jaba tengah pada sebuah tempat yang telah ditentukan. Mengingat begitu rupa peradaban yang dimiliki Desa Tambakan, maka keyakinan itu sampai sekarang masih dipelihara dan dipatuhi oleh setiap warga yang mempersunting istri dari Desa Tambakan.

 

Sumber : https://cahayamasnews.com/