(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Arti Dan Fungsi Wantilan

Admin disbud | 14 Mei 2018 | 5185 kali

Dilihat dari arti kata wantilan terkait dengan kata wanti atau mewanti-wanti yang mempunyai arti “terus-menerus”. Kata wanti atau mewanti-wanti dalam hal ini bermakna adanya pengulangan. Pengulangan disini berupa pengulangan atap yang bertingkat dan juga pengulangan saka/kolom berdasarkan modul tertentu. Wantilan juga mempunyai pengertian sebagai bangunan besar terbuka, atapnya biasanya dibuat bertingkat, berguna sebagai tempat pertemuan untuk menampung berbagai aktivitas umum yang pada pokoknya tergolong ke dalam kegiatan tri warga (dharma, artha, khama) – spiritual, sosial ekonomi, budaya. Wantilan merupakan bangunan terbuka ke segala arah. Hal ini mencerminkan bahwa bangunan ini sama sekali tidak dipersiapkan untuk kegiatan yang bersifat pribadi. Wantilan merupakan bangunan untuk umum, berbentuk persegi panjang, tidak berdinding, tempat orang berapat atau mengadakan sabungan ayam.

Masyarakat Bali dalam kehidupannya diatur dalam ikatan-ikatan keluarga, ikatan banjar dan ikatan desa yang terbentuk dalam desa adat dan desa dinas atau desa administratif. Masing-masing ikatan dalam menata kehidupannya dibutuhkan musyawarah sehingga dibutuhkan suatu tempat untuk bermusyawarah sesuai dengan ruang yang dibutuhkan. Pura Desa  Adat Pakraman Buleleng yang berlokasi di jantung kota Singaraja juga memiliki sebuah wantilan yang keberadaanya berdiri sejak adanya pura desa sekitar tahun 1930 an. Bangunan yang diemong oleh empat banjar adat masing-masing banjar Adat Liligundi, banjar Adat Bale Agung, Banjar Adat Banjar Paketan dan Banjar Adat Banjar Tegal ini pada tahun 2015 lalu sempat direnovasi. Sebelumnya bangunan tua ini masih beralaskan tanah, dengan  bangunan dengan ciri tampul (Tiang penyangga) berukuran besar. Pasca pemugaran tersebut bangunan tua ini belum dimanfaatkan dengan maksimal.

Dari aspirasi yang diserap pada keempat pangemong pura desa itu tercetus ide untuk kembali memanfaatkan wantilan pura desa adat Pakraman Buleleng sebagai tempat berkebudayaan sebagaimana dimanfaatkan oleh para tetua jaman dulu.Ide awal tercetus pada Senin 15 Januari 2018 bertepatan dengan pemelaspasan alit bangunan di Pura desa Adat Pakraman Buleleng yang baru saja usai dipugar. Saat itu Kelian desa adat Pakraman Buleleng bersama prajuru mencetuskan ide untuk kembali memanfaatkan wantilan. Saat itu Gede Pastika, Made Hardika, Jro Mangku Arsana, Jro Putu Santra, Dewa Gede Oka, sepakat menunjuk I Ketut Wiratmaja yang juga hadir pada saat pemelaspasan itu sebagai koordinator untuk mewujudkan rencana itu. Selanjutnya oleh koordinator dibentuklah panitia kecil dengan nama Panitia Pentas Wantilan disingkat PANTAS Wantilan. Rapat-rapat selajutnya dilakukan untuk memantapkan pementasan perdana. Rapat perdana digelar pada tanggal 20 Januari 2018 di wantilan Pura desa adat pakraman Buleleng. Rapat perdana dihadiri oleh Ketut Wiratmaja, Dewa Gede Oka, Nyoman agung Wiradnyana, Ida Bagus Adiyana, Nyoman Rai Mas, Sonia Piscayanti, Putu Rika Mahardika, I Made Pasca Wirsutha, Gede Pastika, Yoga Permana dan Made Adnyana Ole. sepakat untuk membentuk pengurus harian yang terdiri atas Ketua I Ketut Wiratmaja, Sekretaris Nyoman Rai Mas dan bendahara Putu Santosa dengan para penasehat meliputi Made Adnayan Ole serta  para kelian banjar adat pakraman bale Agung, Banjar Paketan, Liligundi dan Banjar Tegal serta kelian pangempon Pura Desa adat Pakraman Buleleng. Penonton yang hadir diwajibkan menggunakan pakaian adat madya. Rapat juga memutuskan tema yang dipilih yakni Wantilan Berdaya Krama Berbudaya.

Adapun tujuan dari tema tersebut adalah Menjadikan Wantilan yang selama ini terbengkalai atau tidak dimanfaatkan agar bisa dimanfaatkan kembali atau berdaya. Jika wantilan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan kesenian dan kebudayaan maka perlahan namun pasti warga masyarakat atau karma akan berbudaya. Rapat perdana juga menyepakati bahwa pengisi acara menanggung biaya pentas masing-masing dengan konsep ngayah dan tulus.

Adapun tujuan dari Pentas Seni Budaya bertema “Wantilan Berdaya, Krama Berbudaya” adalah :

  1. Mengembalikan fungsi wantilan sebagai tempat berkesenian dan berkebudayaan
  2. Memberikan ruang gerak kepada krama Pangempon Pura desa Adat Pakraman Buleleng untuk menampilkan potensi budaya yang dimiliki.
  3. Menjadikan salah satu ajang promosi pariwisata budaya Buleleng

Ketua Panitia I Ketut Wiratmaja mengatakan, kegiatan pentas seni ini digelar sebagai upaya untuk memanfaatkan kembali wantilan sebagai tempat beraktifitas Krama Desa Adat Pakraman Buleleng. Dengan pemanfaatan itu, secara otomatis akan ada penggalian terhadap potensi seni dan budaya pada 14 Banjar Adat Pakraman. Nantinya, pementasan ini juga bisa menjadi salah satu Destinasi Wisata baru di Buleleng untuk Pariwisata Budaya. Pentas seni ini juga bertujuan untuk memanfaatkan kembali wantilan sebagai tempat berkreasi, menggali potensi seni yang ada serta untuk promosi wisata seni budaya di Buleleng. Wantilan difungsikan berulang bergantian, suatu saat sebagai tempat sangkep (pertemuan), sebagai tempat tabuh rah atau sebagai tempat balih-balihan.