0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Sejarah Singkat Gedong Kertya

Admin disbud | 19 Mei 2017 | 3847 kali

Sastra daerah Bali dan Lombok yang sudah diwarisi semenjak turun temurun oleh leluhur kita , ditulis pada daun lontar dan lontar-lontar ini perlu diselamatkan dan dipelihara. Oleh sebab itulah Naskah-naskah yang sangat berguna dibidang keilmuan itu semenjak jaman Belanda hingga kini tersimpan baik di Gedong Kirtya Singaraja.

Untuk memperingati jasa - jasa  dua orang Cendikiawan Belanda yaitu F A Liefrinck dan Dr.  Van Der Tuuk yang telah mempelopori penyelidikan Kebudayaan, Adat-istiadat dan Bahasa di Bali, oleh salah seorang wakil pemerintah Belanda (Residen Bali dan Lombok) dan juga seorang Cendikiawan Belanda yang bernama L J J Caron, terselenggaralah pertemuan di Kintamani yang melahirkan sebuah Yayasan (stiching) tempat penyimpanan Lontar (Pustaka Lontar) atau manuscript (MSS), digalang oleh Dr.R Ng Purbacaraka,Dr. W R Stuterheim, Dr.R Goris, Dr. Th Pigeand, Dr. C Hooykaas dan sebagai petugas aktif adalah para Pinandita dan Raja-raja se Bali serta merta membantunya dalam bidang moril dan materiil. Yayasan ini dapat dianggap sebagai miniatur Asiatic Seciety untuk daerah Bali Lombok dilengkapi dengan koleksi MSS dan benda-benda kesenian serta penerbitan-penerbitan berkala dari sarjana-sarjana yang mengadakan riset tentang seluk beluk mengenai Bali. Gedungnya didirikan di Singaraja karena pada waktu itu Singaraja sebagai ibu kota pulau Bali. Gedung peringatan ini mula-mula diberi nama  : 

Stichting Liefrinck Van der Tuuk.   

Tetapi atas  saran  Raja Buleleng I Gusti Putu Jlantik ditambah dengan perkataan Sansekerta-Bali “ Kirtya” dengan demikian institusi ini dikenal dengan nama “Kirtya Liefrinck Van der Tuuk” yang didirikan pada tanggal 2 Juni 1928 di Singaraja dan dibuka untuk umum pada tanggal 14 September 1928

Tanggal pembukaannya menurut tahun Ishaka yang dipakai di Bali diperlihatkan dengan sebuah Monogram atau Candra Sengkala yang dipahat pada pintu masuk ( Paduraksa ). Berlukiskan manusia yang menaiki gajah dengan busur panah ditangannya, kemudian membunuh musuhnya dan orang yang kena panah itupun mati. Nilainya sebagai berikut :

Manusia (1), Gajah (8), Panah (5) dan orang mati nilainya (0) jadi kalau dibaca tahun Ishakanya adalah Ishaka 1850

 

Kegiatan  

Kegiatan Yayasan dimulai sejak Desember 1930 oleh sarjana-sarjana Belanda dan dibantu oleh kaum cerdik pandai yang berasal dari Bali. Buku yang telah berhasil diterbitkan antara    lain berupa Buletin (Mededeelingen), Kidung (Pamancangah) diterbitkan dengan huruf latin serta ulasannya  oleh Dr. CC Berg, Oudheden van Bali oleh Dr W.R Stutterheim yang merupakan penerbitan perdana Kirtya.

Jumlah Koleksi lontar (MSS) 1757 judul (cakep) semuanya disusun berdasarkan kelompok (Klasifikasi) diantaranya :

I.       WEDA

  1. Weda, Weda -Weda yang  ada  di  Bali,  memakai  bahasa Sansekerta  ,Jawa Kuno dan Bali
  2. Mantra, menurut perkembangannya berasal dari Jawa dan Bali
  3. Kalpasastra (Ritnalia)   berisi   tentang   manfaat  tentang
  4. Upacara-upacara keagamaan

II.     AGAMA

  1. Palakerta, berisikan tentang peraturan seperti : Dharmasastra, Kertasima dan Awig-awig.
  2. Sesana, buku petunjuk tentang kesecian Moral.
  3. Niti, berisikan tentang Hukum maupun perundang –undangan yang dipergunakan pada jaman Kerajaan

III.    WARIGA

  1. Wariga, (Astrologiesche Warken) pengetahuan tentang Astronomi dan Astrologi
  2. Tutur, (Onderricht) berasal dari Upadesa pengetahuan tentang Kosmos erat hubungannya dengan keagamaan
  3. Kanda, (Handboeken) tentang ilmu bahasa, bangunan, Mitologi, dan ilmu pengetahuan khusus
  4. Usada, Rontal pengobatan tradisional

 IV.   ITIHASA.

  1. Parwa, disusun dalam bentuuk Prosa.
  2. Kekawin, disusun berdasarkan maat India Kuno
  3. Kidung , kesusastraan yang disusun dengan Tembang Tengahan (Sekar Madya) dengan bahasa Jawa Kuno Tengahan.
  4. Geguritan, Kesusastraan yang disusun dengan Tembang Macapat seperti Sinom, Pangkur, dan sebagainya, mempergunakan bahasa Bali

V.     BABAD.

  1. Pamancangah, menceritrakan asal-usul kekeluargaan dan silsilah (Geslachtslijsten)
  2. Riwayat yang mengandung unsur sejarah seperti : Panji Wijaya-krama, Rangga-Lawe (mula berdirinya kerajaan Majapahit).
  3. Riwayat runtuhnya kerajaan-kerajaan yang diubah dalam bentuk tembang seperti : Rusak Buleleng, Rereg Gianyar, Uwug Badung

VI.    TANTRI.

  1. Ceritra-ceritra dengan induknya berasal dari Kesusastraan Indian Kuno (berbahasa Sansekerta) , tantri Kamandaka
  2. Ceritra-ceritra/ Satwa Pagantihan Bali (Folklore) dengan pengaruh Kesusastraan Tantri ataupun asli Bali (Indonesia)
  3. Surat pengeling-eling, catatan-catatan perseorangan maupun raja-raja.

 VII.  LELAMPAHAN

          Adalah   lakon  -  lakon    yang     dipergunakan      dalam pertunjukan Gambuh, Wayang, Arja dan lain sebagainya