(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Maputput, Tradisi Khas Padangbulia Pertanda Kebahagiaan

Admin disbud | 16 April 2021 | 328 kali

Tahukah anda bagaimana perkembangan Maputput dizaman moderen ini? Jika dilihat sampai sekarang, tradisi Maputput tidak pernah berubah terutama di Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Maputput bisa disamakan seperti permainan, namun Maputput bukan permainan biasa melainkan tradisi yang tergolong sakral karena dipercaya mengusir hal negatif saat malam pengerupukan sebelum besok melaksanakan catur brata penyepian.

Maputput biasanya dimainkan oleh orang dewasa baik itu yang sudah menikah maupun belum, tergantung keinginan orang tersebut. Sarana yang digunakan untuk Maputput yaitu daun kelapa kering yang sudah di ikat segenggam tangan dan korek. Namun, sebelum Maputput dimulai, biasanya api unggun sudah disiapkan terlebih dahulu untuk mempermudah menghidupkan daun kelapa tersebut. Biasanya tradisi Maputput dilangsungkan pada pukul 18.00 wita- selesai seusai persembahyangan di Pura Desa Dharmajati, setelah itu para anggota yang ikut Maputput langsung mempersiapkan diri dengan mengenakan kain poleng dan bertelanjang dada. 

Setelah itu, kemudian mereka menyalakan api pada daun kelapa kering atau sering disebut danyuh, dan setelah dimulai, danyuh yang sudah menyala kemudian langsung dipukulkan ke lawan yang lain seperti suasana peperangan. Bisanya, setelah Maputput selesai anggota maupun orang yang menonton akan terlihat bahagia, karena dipercayai hal negatif telah hilang seperti menghilangkan amarah. Maka dari itu Maputput biasanya disebut menandakan kebahagiaan atas hilangnya hal negatif. Sampai saat ini meski tanpa pengaman yang memadai, tidak ada yang terluka pada saat Maputput.