(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Sejarah Desa Gitgit

Admin disbud | 12 April 2021 | 468 kali

Pada jaman Pemerintahan Belanda tahun 1939 yang bermarkas di Pesanggrahan Desa Gitgit, yang sekarang dikenal dengan Restoran “Boga Sari “ oleh salah satu pegawai Belanda yang bernama Dr. C. HOOYKAS yang pada saat itu bertugas sebagai Kepala Liefring Van Der Tuuk yang kini dikenal dengan nama “ Gedong Kertya “ menyebutkan bahwa Desa Gitgit adalah daerah yang kondisi Tofografinya sangat curam, berbukit – bukit, bertebing tinggi, jenis tanah vulkanik berbatu yang bersifat labil, batu padas yang tajam menggigit; Potensi alam kondisi fisik dan fisis lingkungan dapat memberikan keindahan, keunikan secara aktif baik fisik, sosial, budaya, religius yang dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya sebagai tempat yang sejuk ini maka raja Buleleng memerintahkan Ki Patih Gempol bersama panjaknya untuk menggali dan mengalirkan air yang ada dengan membuat saluran ( Telabah ). Ditengah keputus asaan para panjaknya membuat saluran air itu Ki Patih Gempol tidak henti – hentinya memberikan semangat , hingga suatu saat beliau berkata “ Gitgit Kang Sinungkal Dong Antar Ri Wekas . Batu Padas ( Gitgit ) batu bergerigi tajam kalau digali lama – lama airnya pasti akan mengalir ( tersalur ) dan tidak terlalu lama ternyata ucapan itu benar, hingga dari mata air mengalir melalui sela sela batu yang akhirnya untuk mengairi sawah.

Akhirnya dari Sejarah dan proses penggarapan Gitgit ( batu bergerigi tajam ) inilah maka desa ini sampai sekarang disebut Desa Gitgit Sekarang Desa Gitgit ini terkenal sampai ke Manca Negara karena Air Terjunnya yang indah dan menawan buat dikunjungi di akhir pekan atau hari libur. Di desa Gitgit ini banyak sekali tanaman pala : seperti cengkeh, coklat, kopi dan lain lain. Sekedar anda tahu saja desa gitgit ini adalah penghasil cengkeh yang terbanyak setelah desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan.