Krama Subak Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, memiliki tradisi yang unik, yakni Nyepi Sawah atau biasa disebut dengan Nyepi Uma. Nyepi Uma dilaksanakan oleh petani yang menanam beras putih, yang digelar selama sehari, Saat Nyepi Uma, warga dan petani dilarang masuk areal persawahan atau subak.
Rentetan upacara menjelang Nyepi Uma dilaksanakan 2 hari sebelum pelaksanaan Nyepi Uma.Krama Subak bersama perwakilan perangkat desa melaksanakan upacara di Pura Ulun Danu Batur. Tirta yang ditunas itu kemudian disebar ke masing-masing subak untuk dilakukan upacara lagi. Keesokan harinya bertepatan dengan Purnama Kedasa, krama Subak melaksanakan upacara Ngayu-ayu.
Upacara adat Ngayu-ayu adalah sebuah upacara adat yang diadakan setiap 1 tahun sekali. Upacara Ngayu-ayu merupakan bentuk rasa syukur Krama Subak Desa Bungkulan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diberikannya kelimpahan hasil bumi. Dan keesokan harinya setelah dilaksanakan Nyepi Uma, dilanjutkan dengan Ngembak yang artinya warga dan petani bebas melakukan aktivitasnya di areal persawahan.
Dalam penyepian ini ada sanksi yang dijatuhkan bagi yang melanggar.Petani yang nekat melanggar ritual tersebut maka akan dikenakan sanksi berupa denda.Untuk nominal denda diatur sesuai kesepakatan krama subak masing-masing tempek.Ada enam tempek yang melaksanakan Nyepi Uma di Desa Bungkulan. Ada Tempek Subak Yeh Lembu, Tempek Subak Lebeha, Tempek Subak Dalem, Tempek Subak Pungakan, Tempek Subak Guliang, dan Tempek Subak Yangai.
Makna dari pelaksanaan Penyepian Sawah ini juga tak jauh berbeda dari pelaksanaan Nyepi pada umumnya, yakni mengendalikan Buana Agung dan Buana Alit, dan memberikan kesempatan kepada semua makhluk untuk bernapas dan beristirahat.Tradisi ini tetap dijaga oleh masyarakat petani / Krama Subak di Desa Bungkulan.