0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Rahina Tumpek Wayang

Admin disbud | 07 Agustus 2021 | 3032 kali

Rahina Tumpek Wayang

 

Upacara Tumpek Wayang jatuh setiap 6 bulan (210 hari) sekali menurut kalender Bali jatuh pada Hari Sabtu / Saniscara Kliwon Wuku Wayang. Menurut tradisi di Bali, seorang anak yang lahir pada Wuku Wayang harus melukat dengan Tirta Wayang Sapuh Leger. Tumpek wayang erat dengan cerita Rare Kumara yang ingin dimakan oleh Batara Kala, karena Rare Kumara lahir bertepatan dengan Wuku Wayang.

 

Dalam Cerita Wayang Lakon Sapu Leger, diberitahukan Dewa Kala akan memakan segala sesuatu yang lahir pada wuku wayang (menurut kalender Bali) atau yang tengah hari tepat wuku wayang. Atas petunjuk ayahandanya Dewa Siwa, Dewa Kala mengetahui bahwa Dewa Rare Kumara putra bungsu dari Dewa Siwa lahir pada wuku wayang.

 

Pada suatu hari bertepatan pada wuku wayang, Dewa Rare Kumara dikejar oleh Dewa Kala hendak dimakannya. Dewa Rare Kumara lari kesana untuk menyelamatkan dirinya dari tangkapan Dewa Kala. Ketika tengah hari tepat, dan dalam keadaan terengah-engah kepayahan Dewa Rare Kumara tertangkap Bhatara Kala kalau tidak dihalangi oleh Dewa Siwa. Oleh karena dihalangi oleh Dewa Siwa maka Dewa Kala hendak memakan ayahandanya. Hal ini disebabkan karena Dewa Siwa berjalan tengah hari tepat dalam wuku wayang. 

 

Dewa Siwa rela dimakan oleh Dewa Kala, dengan syarat Bhatara Kala dapat menerka dan menerka ini serangkuman sloka yang diucapkan Dewa Siwa. Dewa Siwa penjaga mata tiga (Tri Netra) diantara keningku ada satu mata lagi, mata gaib yang dapat melihat alam ditutup dengan cudamani. Akhirnya Dewa Kala tidak dapat menerka dengan sempurna ini sloka itu, tambahan pula matahari condong kebarat, maka Dewa Kala tidak berhak memakan Dewa Siwa ayahandanya. 

 

Karena itu Dewa Kala mengikuti pengejaran kepada Dewa Rare Kumara yang telah jauh larinya masuk ke halaman rumah-rumah orang. Akhirnya, pada malam hari bertemu dengan seorang dalang yang sedang mengadakan pertunjukan wayang, Rare Kumara masuk ke bumbung gender wayang (musik wayang) dan Dewa Kala memakan sesajen wayang itu. 

 

Oleh karena itu, Ki Mangku Dalang menasehati Dewa Kala agar jangan berniat untuk memakan Dewa Rare Kumara, karena Dewa Kala telah memakan sesajen wayang itu sebagai tebusannya. Dewa Kala tidak lagi berdaya melanjutkan pengejarannya, sehingga Dewa Rare Kumara akhirnya selamat.

 

Dengan demikian dikisahkan Dewa Rare Kumara sebagai mitologi bahwa anak yang lahir pada hari yang bertepatan dengan Wuku Wayang dianggap anak sukerta dan akan menjadi santapan Bhatara Kala, karena itu anak yang bersangkutan harus dilukat dengan tirta Wayang Sapuleger. 

 

Sumber : http://wiracaritabali.blogspot.com/

Foto : Candra Balon