Tradisi Magepokan Desa Sambiran
Magepokan dipercaya oleh masyarakat sebagai tradisi yang dapat mengusir segala kekuatan jahat di Desa Sambiran. Tradisi tersebut dilaksanakan menjelang malam atau biasa disebut dengan sandikala. Bertepatan dengan piodalan sasih kalima di Pura Puseh menjelang malam seluruh warga akan berkumpul. Mereka mempersiapkan diri mengikuti upacara megepokan dengan membawa tombak yang terbuat dari bambu yang ujungnya berisi hiasan dari janur yang akan dipakai berperang saat melaksanakan tradisi megepokan.
Setelah berkumpul warga akan terbagi menjadi dua dimana ada pihak kelompok Krama Desa yang masuk disini yaitu warga sudah menikah atau sudah berkeluarga. Sementara itu ada pihak berikutnya yaitu Krama Truna yang dimana anggota terdiri dari warga yang belum menikah atau berkeluarga.
Acara akan dimulai dengan berkeliling Desa terlebih dahulu kemudian kembali ke Jaba Pura. Kedua pihak tadi yang dipisahkan akan bersiap memulai peperangan dan saling berhadapan. Perang akan dipimpin oleh seorang warga yang menjadi komando dengan lama perang 10 - 15 menit dengan 3-4 kali serangan tergantung komando.
Sesudah melewati perang-perangkan, maka sesuai dengan jalannya tradisi megepokan, maka akan dirasa sudah aman kemudian tarian gandrung akan dipentaskan sebagai tanda syukur dan juga hiburan setelah terjadinya perang.
Sumber : https://baliexpress.jawapos.com/