Ilmu Pengetahuan Untuk Kesejahteraan Hidup Umat Manusia Menurut Perspektif Hindu
Setelah bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan, seluruh rakyat menyadari, bahwa meraih ilmu pengetahuan yang setinggi – tingginya menjadi idaman yang hendak dicapai. Tidak peduli apakah rakyat itu tergolong petani, pekerja kasar, buruh, pegawai negeri, pegawai swasta. Militer dan sebagainya. Tidak ada halangan untuk maju dan menyekolahkan anak – anak, saudara – saudara sampai mencapai jenjang yang tertinggi.
Memiliki dan memperdalam ilmu pengetahuan sedalam – dalamnya adalah suatu hal yang sangat positif. Tuhan tidak menghendaki umatnya menjadi bodoh (avydia) dan karena kebodohannya lalu menjadi miskin. Tuhan telah mewujudkan dirinya sebagai Dewi Saraswati, dan Sakti dari Dewa Brahma. Dewi Saraswati digambarkan sebagai sesosok wanita cantik dengan atribut lainnya. Maksud dari lambang itu antara lain adalah agar umatnya senang dan cinta pada ilmu pengetahuan.
Dalam canakya Niti Sastra Bab IV. Sloka 5 disebutkan : Ilmu pengetahuan ibaratnya bagaikan kamadhenu, yaitu yang setiap saat dapat memenuhi segala keinginan. Pada saat orang berada di Negara lain, ilmu pengetahuan bagaikan seorang ibu yang selalu memelihata kita. Orang bijaksana mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kekayaan yang rahasia, harta yang tak kelihatan. Dari sloka di atas, ada 4 macam yang dapat dicatat, bahwa ilmu pengetahuan adalah :
1. Setiap orang dapat memenuhi segala keinginannya
2. Sebagai seorang ibu yang selalu memelihara kita
3. Kekayaan yang rahasia
4. Harta yang tak kelihatan
Meninjau kesimpulan yang dimaksud oleh sloka di atas, ternyata ilmu pengetahuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang insan. Dari sloka lain masih dapat kita sebutkan bahwa ilmu pengetahuan mempunyai makna yang berbeda yaitu dikatakan sebagai berikut : “Lahir di keluarga mulia, tampan, muda, sehat dan kuat, tidak berguna sama sekali kalau tidak berpengetahuan, bagaikan bunga kimsuka yang amat indah tetapi tidak ada bau harumnya”. (Canakya Niti Sastra, Bab IV. 21).
Jadi dari sloka ini, pemilikan pengetahuan dikaitkan dengan kegunaan sebagai seorang manusia. Itu berarti bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang cukup dianggap telah mampu menunjukkan dirinya sebagai seseorang yang bermanfaat.