Rahajeng Rahina Sugihan Jawa Lan Sugihan Bali
Enam hari sebelum Hari Raya Galungan disebut dengan Sugihan Jawa. Sugihan Jawa atau Sugihan Jaba jatuh setiap hari Kamis (Wraspati) Wage wuku Sungsang. Sugi artinya membersihkan dan Jaba artinya luar. Sehingga Sugihan Jawa berarti pembersihan alam semesta atau makrokosmos atau bhuana agung. Pembersihan bhuana agung ini dilakukan dengan membersihkan pelinggih, pura, merajan, maupun lingkungan sekitar. Dihaturkan pula canang pengreresik dan canang raka di merajan maupun Paibon.
Kamis Wage Sungsang disebut dengan parerebon atau yang lebih dikenal dengan Sugihan Jawa. Dinamakan sugihan jawa karena merupakan hari suci bagi para Bhatara untuk melakukan rerebu di sanggah dan parahyangan, yang disertai pangraratan dan pembersihan untuk Bhatara dengan kembang wangi.
Sehari setalah Sugihan Jawa, dilanjutkan dengan Sugihan Bali yang jatuh hari Jumat atau Sukra (Jumat) Kliwon wuku Sungsang.
Sugihan Bali berasal dari kata sugi yang artinya membersihkan dan Bali yang artinya kekuatan dalam diri. Sehingga Sugihan Bali berarti upacara untuk penyucian diri atau bhuana alit atau mikrokosmos baik secara sekala maupun niskala.
Pada hari Jumat Kliwon wuku Sungsang disebut dengan hari Sugihan Bali yang merupakan hari suci bagi umat manusia. Adapun maknanya sebagai penyucian diri manusia lahir batin dengan cara mengheningkan pikiran, memohon air suci peruwatan, dan pembersihan diri kepada pendeta.
Pada Sugihan Bali ini, masyarakat akan melakukan ritual penglukatan atau pembersihan diri. Selain itu diharapkan pula melakukan yoga yang bertujuan untuk mengheningkan pikiran dan menenangkan diri.
Hal ini dilaksanakan untuk mempersiapkan diri menyambut hari raya Galungan yang merupakan hari kemenangan dharma melawan adharma.