(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Museum Soenda Ketjil

Admin disbud | 19 Januari 2021 | 1572 kali

Pentingnya pelabuhan ini bagi pihak Belanda membuat kawasan ini dipertahankan mati-matian oleh Belanda. Pertempuran besar pun terjadi pada tanggal 27 Agustus 1945. Pada masa kemerdekaan Kota Singaraja sempat menjadi Ibukota Kepulauan Sunda Kecil dan Ibukota Provinsi Bali sampai tahun 1958. Pada masa ini Pelabuhan Buleleng menjadi pusat distribusi barang dari Bali ke NTB dan NTT dan begitu sebaliknya.

Keterpurukan kawasan Pelabuhan Buleleng ini pada puncaknya terjadi pada tahun 1970-an, Kegiatan bongkar muat pelabuhan tidak lagi berlangsung di kawasan ini, dan membuat Pelabuhan Buleleng ini menjadi tidak berfungsi. Baru pada tahun 1980-an Bupati Buleleng mencanangkan program revitalisasi kawasan Pelabuhan Buleleng. Sejak saat itu Pelabuhan Buleleng mulai mendapatkan perhatian serius dan diencanakan menjadi destinasi wisata. Melihat kondisi ini, sangat diperlukan adanya pembenahan dari perencanaan dan sistem konservasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat, serta menciptakan inovasi dalam penataan ruang di dalam kawasan, agar Eks-Pelabuhan Buleleng yang merupakan situs cagar budaya ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan rekreatif, edukatif, dan religi sesuai dengan Pasal 72 ayat (3) UU No. 11 tahun 2010 tentang pemanfaatan zona Cagar Budaya, serta menjadi aset wisata yang iconic di Kota Singaraja