0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

LONTAR WRHASPATI TATWA

Admin disbud | 05 Maret 2021 | 8148 kali

Wrhaspati Tattwa adalah sebuah lontar yang tergolong tua usianya. Lontar ini menguraikan ajaran tentang kebenaran tertinggi yang bersifat Siwastik yang diuraikan secara sistematik. Wrhaspati Tattwa terdiri dari 74 pasal/sloka yang menggunakan bahasa Sansekerta dan Bahasa Jawa Kuno. Bahasa Sansekerta disusun dalam bentuk sloka dan bahasa Jawa Kuno disusun dalam bentuk bebas (Gancaran) yang dimaksudkan sebagai terjemahan atau penjelasan bahasa Sansekertanya. Lontar Wrhaspati Tattwa merupakan sebuah lontar mengandung ajaran samkya dan yoga. Bagian yang mengajarkan pembentukan alam semesta beserta isinya mengikuti ajaran samkya dan bagian yang mengajarkan etika pengendalian diri mengambil ajaran yoga.
Secara etimologi Wrhaspati Tattwa berasal dari kata “Whraspati” dan “Tattwa”, pengertian Wrhaspati adalah nama seorang Bhagawan di sorga, hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam Wrhaspati Tattwa Sloka 1 yang berbunyi sebagai berikut:


Irikang kala bana sira wiku ring swarga
Bhagawad Whraspati ngaran ira
Sira ta maso mapuja di Bhatara.


Terjemahan :
Pada saat itu ada seorang petapa di sorga bernama Wrhaspati, Ia datang dan memuja Hyang Iswara
Wrhaspati Tattwa berisi dialog antara seorang guru spiritual yaitu Sang Hyang Iswara dengan seorang sisya beliau yaitu Bhagawan Wrhaspati. Iswara dalam konsep pengider-ider di Bali adalah Dewa yang menempati arah timur. Iswara tidak lain adalah aspek dari Siwa sendiri. Di dalam Wrhaspati Tattwa disebutkan bahwa Hyang Iswara berstana di puncak Gunung Kailasa yang merupakan puncak gunung Himalaya yang dianggap suci. Sedangkan Bhagawan Wrhaspati adalah orang suci yang merupakan sebagai guru dunia (guru loka) berkedudukan di Sorga. Dalam dialog tersebut, Sang Hyang Iswara mencoba menjelaskan kebenaran tertinggi tentang Siwa kepada Bhagawan Wrhaspati dengan metode tanya jawab. Wrhaspati Tattwa merupakan naskah jawa kuno yang bersifat realistis. Di dalam menyajikan ajarannya dirangkum dalam suatu mitologi yang tujuannya untuk mempermudah ajaran itu dimengerti. Mengingat ajaran filsafat atau Tattwa yang tinggi seperti ini memang sulit untuk dimengerti.