(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Gedong Kirtya Didaftarkan Sebagai Situs Cagar Budaya

Admin disbud | 01 Desember 2022 | 108 kali

Gedong Kirtya adalah sebuah situs bersejarah yang terletak di Singaraja, kelurahan Paket Agung, Kabupaten Buleleng, Bali, Indonesia. Menurut candra sengkala yang pernah ditemukan, Gedong Kirtya dibangun di Singaraja oleh seorang Belanda yang bernama L.J.J Caron yang datang ke Bali bertemu dengan para raja dan tokoh agama untuk berdiskusi mengenai kekayaan kesenian sastra (lontar) yang ada di seluruh Bali. Kekayaan seni ini sepatutnya di pelihara agar tidak rusak atau hilang sehingga memberikan kesempatan bagi generasi selanjutnya untuk mengetahui isi dari kesenian sastra (lontar) tersebut.
Sastra daerah Bali dan Lombok yang sudah diwarisi semenjak turun temurun oleh leluhur kita, ditulis pada daun lontar, lontar ini perlu diselamatkan dan dipelihara. Oleh sebab itulah naskah-naskah yang sangat berguna dibidang keilmuan itu semenjak jaman Belanda hingga kini tersimpan baik di Gedong Kirtya Singaraja. Dan adapun beberapa buku-buku koleksi Gedong Kirtya merupakan peninggalan Belanda. Ada berupa kamus-kamus hasil karangan Dr. Van der Tuuk.
Bangunan dan Benda Diduga Cagar Budaya yang masih dapat teridentifikasi sebagai berikut:
1. Bangunan Stel Kolonial Belanda
Berbicara Gedong Kirtya tak lepas dari jasa dua orang Belanda yakni F A Liefrinck dan Dr. Van Der Tuuk yang telah mempelopori penelitian kebudayaan, adat-istiadat dan Bahasa di Bali. Ketertarikam mempelajari budaya Bali dan Lombok ini akhirnya ditindak lanjuti oleh L J J Caron, Dr.R Ng Purbacaraka, Dr W R Stuterheim, Dr. R Goris, Dr. Th Pigeand, Dr. C Hooykaas dengan membuat pertemuan di Kintamani.
Dari hasil pertemuan ini lahirlah sebuah Yayasan yang menititikberatkan kegiatan untuk penyimpanan lontar dan kegiatan ini dibantu oleh para pinandita dan raja-raja se-Bali. Yayasan ini dapat dianggap sebagai miniatur Asiatic Society untuk daerah bali dan Lombok karena banyak memiliki koleksi kesenian serta penerbitan-penerbitan berkala dari sarjana-sarjana yang mengadakan riset tentang seluk beluk mengenai Bali.
Yayasan ini memiliki gedung sebagai tempat untuk melakukan aktifitas kegiatan mereka yang didirikan pada tanggal 2 Juni 1928. Gedung ini dinamakan Stichting Liefrinck Van der Tuuk. Tetapi atas saran raja Buleleng I Gusti Putu Jelantik, nama gedung ini ditambah dengan Bahasa Sansekerta-Bali Kirtya sehingga menjadi Kirtya Liefrinck Van der Tuuk dan mulai dibuka untuk umum pada tanggal 14 September 1928 atau 1850 Saka sesuai yang diperlihatkan monogram atau Candra Sengkala yang dipahat pada pintu masuk (Paduraksa).
Paduraksa tersebut bergambar manusia yang menaiki gajah dengan busur panah ditangannya, kemudian membunuh musuhnya dan orang yang terkena panah itupun mati. Nilai yang terkandung dari masing-masing gambar sebagai berikut:
Manusia (1), Gajah (????, Panah (5) dan Orang mati nilainya (0) jadi kalua dibaca tahun Ishakanya adalah Ishaka 1850.
2. Prasasti Jalan Tengah
Salah satu peninggalan yang cukup penting adalah prasasti berbahan daun lontar. Prasasti berbahan lontar ini banyak ditemukan di daerah Bali dan Lombok dan sampai saat ini masih terpelihara dengan baik walaupun sudah berkurang jumlahnya akibat rusak termakan usia.
Prasasti Jalan Tengah merupakan Prasasti yang menggunakan aksara Bali Kuno dan bahasa Jawa Kuno. Prasasti ini tidak mencantumkan angka tahun, tidak menyebutkan nama raja, dan hanya menyebutkan nama wilayah karaman i jalan tengah.
Lokasi penyimpanan prasasti ini berada di Gedong Kirtya, dan telah menjadi koleksi Gedong Kirtya. Prasasti ini berbahan tembaga dan hanya terdiri dari 1 lempeng, ditatah di 1 sisi saja, dan terdiri dari 6 baris. Prasasti ini tidak memiliki nomor lempeng, tetapi dapat dipastikan sebagai lempengan terakhir.
3. Buku Kuno
Buku-buku koleksi Gedong Kirtya merupakan peninggalan Belanda. Ada berupa kamus-kamus hasil karangan Dr. Van Der Tuuk. Jumlah keseluruhan buku-buku koleksi Gedong Kirtya berjumlah 3567 buah. Ada beberapa buku yang sudah berumur 50 tahun keatas yang diduga Cagar Budaya dengan jumlah 800 buku, judul-judul bukunya antara lain Kcang – En Vormleer Van het Morisch, Negara-negara Konferensi Asia – Afrika, Budaya, Djawa Driemaan Dfiyksh tydsch – Rift Orgaan Van Het Java Intitour, Register ( 1908 ), Notulen dan masih banyak lagi.
4. Lontar
Sastra daerah Bali dan Lombok yang sudah diwarisi semenjak turun temurun oleh leluhur kita, di tulis pada daun lontar, lontar ini perlu diselamatkan dan dipelihara. Oleh sebab itulah naskah-naskah yang sangat berguna dibidang keilmuan itu semenjak jaman Belanda hingga kini trersimpan baik di Gedong Kirtya Singaraja. Lontar-lontar koleksi Gedong Kirtya berjumlah 2064 buah. Terdapat 500 lontar yang sudah berumur 50 tahun keatas yang diduga Cagar Budaya.