(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Tari Truna Jaya

Admin disbud | 28 Februari 2024 | 850 kali

Tari Taruna Jaya diciptakan oleh I Gede Manik pada tahun 1925 dimana Tari Taruna Jaya itu menggabungkan gerak tari menabuh terompong sambil mewirama. Dimana Tari Taruna Jaya mengisahkan seorang pemuda yang menginjak remaja dengan jiwa yang keras, emosional, enerjik dan lemah lembut yang dituangkan dalam bentuk tari Taruna Jaya. Tari ini termasuk tari tunggal dimana tarian ini hanya dipentaskan oleh satu orang penari saja dengan gerakan yang agak keras dan semangat. Dalam tarian ini terdapat simbol- simbol yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh.

Tari Taruna Jaya adalah merupakan tari yang menjadi kebanggaan warga masyarakat desa jagaraga pada khususnya. Kenapa demikian, karena tari Taruna Jaya merupakan tarian hasil karya putra jagaraga yang sekarang tarian ini sudah terkenal sampai ke mancanegara, dan menjadi salah satu magnet pariwisata di Bali. Tari Tarunajaya memang adalah karya tari unggul yang masih mempesona, sering dipentaskan hingga hari ini. Ekspresi estetik yang disajikan dan gelora optimistik yang dipancarkan masih menggugah. Cipta tari yang cikal bakalnya menguak dari Bali Utara sebelum zaman kemerdekaan itu, berhasil menembus selera estetik masyarakat Bali secara lintas zaman. Tari Trunajaya menggambarkan gerak gerik seorang pemuda yang baru menginjak dewasa. Gerakannya menggambarkan prilaku seorang remaja yang enerjik, penuh emosional dan ulahnya senantiasa untuk memikat hati seorang gadis. Tari Trunajaya termasuk tari putra keras yang biasa ditarikan oleh penari putri. Tari Trunajaya termasuk dalam kategori tari Balih-balihan atau sebagai tari hiburan.

Sebagai tari hiburan tarian ini dapat dipentaskan dimana saja. Misalnya di halaman pura, di lapangan atau panggung tertutup/terbuka, dan di tempat- tempat lainnya.


Awal kemunculannya tari Tarunajaya didahului oleh hadirnya tari Kebyar Legong. Tersebutlah seorang seniman dari Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng yang bernama I Wayan Paraupan atau Pan Wandres. Pada tahun 1915, seniman tabuh dan tari tersebut menciptakan sebuah tarian yang dibawakan oleh dua orang penari yang mengkombinasikan tari Baris, Jauk, dan Legong. I Gede Manik, bersama pasangannya, Mangku Ongka, adalah penari pertama dari tari Kebyar Legong. Pada tahun 1925, Gede Manik menunjukkan jati dirinya sebagai seorang kreator tari. Berorientasi dari tari

Kebyar Legong yang sering dibawakannya, ia menggagas karya tari Kebyar Legong versi lain, lebih pendek durasinya namun tetap menunjukkan karakteristik tari yang dinamis. Sekitar tahun 1950, didepan Bung Karno dan tamu-tamunya di sebuah hotel di Denpasar. Presiden Pertama Republik Indonesia yang dikenal sebagai penyayang seni itu dipertontokan sebuah tarian. Tak mampu menyembunyikan ekspresi takjubnya terhadap pentas tari yang begitu energik dengan dukungan tatabuhan gamelan yang gegap membuncah itu. Soekarno sangat mengagumi sajian tari tunggal tersebut. Presiden yang yang ibunya juga berasal dari Buleleng, Bali itu kemudian memberi nama seni tari ciptaan I Gede Manik dari Desa Jagaraga, Buleleng, ini dengan sebutan Tarunajaya, yang memiliki arti taruna yang digjaya. 


Awalnya, tarian ini tidak memiliki nama, hanya disebut sebagai tari Kebyar Dangin Enjung. Karena berkat keuletan dan kegigihannya dalam bidang seni, tak heran I Gede Manik telah meraih beberapa penghargaan, seperti Anugerah Seni dari Mendikbud RI, Mashuri (1969); Wija Kusuma dari Bupati Buleleng, I Nyoman Tastra (1981); Dharma Kusuma dari Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra (1981), dan Satya Lencana (2003) dari Presiden RI, Megawati Soekarno Putri. Karena begitu terkenalnya hingga sampai saat ini dibandingkan dengan tari sezamannya, Taruna jaya masih menunjukkan kejayaannya di usianya yang lebih dari setengah abad. Di berbagai sekolah dan institut seni dan sanggar-sanggar seni, tari ini diteruskan dari generasi ke generasi. Tari Taruna Jaya juga sering ditampilkan dalam lomba-lomba tari Bali. Yang mengagumkan, daya pesonanya di tengah masyarakat tak pernah redup, tetap bergelora. Perpaduan antara kebyar yang berirama penyemangat dengan gerakan tari yang enerjik, menjadikan tari Taruna Jaya mampu menyihir para penontonnya juga ikut terbawa emosinya.