0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Pura Meduwe Karang

Admin disbud | 14 Mei 2024 | 537 kali

SEJARAH PURA MEDUWE KARANG

Pura Meduwe Karang di desa Kubutambahan adalah sebuah pura pertanian yang erat hubungannya dengan tanah tanah kering (tegalan) dan kebun - kebun (abian), demikian ucapan para penyiwi/ pengamong pura tersebut yang dapat dipercaya. Hal ini dikatakan pula oleh penulis terdahulu Dr.R.Goris dalam bukunya yang berjudul "Bali Atlas Kebudayaan". Kalau di teliti nama Pura "Meduwe Karang" terdiri dari dua suku kata. Meduwe (Bahasa Bali) berasal dari kata "duwe" yang berarti punya, mendapat awalan me menjadi "meduwe" yang berarti mempunyai. Karang berarti tanah / tegalan. Jadi Meduwe Karang berarti mempunyai tanah / tegalan. Ternyata yang mengamong Pura Meduwe Karang ini adalah terutama para petani khususnya petani tanah kering (tegalan) dan petani pemilik kebun (abian ). Dengan demikian jelasnya Pura Meduwe Karang adalah pura yang erat hubungannya dengan pertanian.

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa Pura Meduwe Karang di- sungsung oleh para petani kering dan kebun - kebun. Pelaksana utama dari segala kegiatan Pura ialah "Kerama" (anggota) Desa "Petegak" (adat) Kubutambahan yang terdiri dari ± 37 KK. Untuk menggali sejarah Pura Meduwe Karang, seperti halnya menggali sejarah Kesenian tradisional di Bali, amat sulit untuk mendapatkan data data yang otentik oleh karena sudah merupakan kebiasaan orang Bali khususnya dan Bangsa Indonesia umumnya merasa enggan untuk menulis atau mencatat peristiwa yang terjadi atas dirinya maupun dialam sekitarnya. Untuk mendapatkan data data yang mendekati kebenaran maka jalan yang ditempuh ialah dengan cara mengumpulkan keterangan-keterangan dari informan yang kira-kira mengetahui ataupun yang langsung mengalami disamping dari "Babad" (silsilah ).

Setelah diadakan penelitian melalui wawancara dengan beberapa informan yang kira-kira dapat di- percaya serta tulisan-tulisan dalam Babad Pura Meduwe Karang maka dapat diungkapkan bahwa berdirinya Pura Meduwe Karang di Desa Kubutambahan ini ada hubungannya dengan perkembangan penduduk Desa Bulian. Desa Bulian merupakan desa tua yang terletak ± 7 Km disebelah selatan desa Kubutambahan dan merupakan desa yang terletak di pegunungan. Di Desa ini terdapat sebuah pura yang bernama Pura Delod Guwuh yang amat dimuliakan oleh masyarakat Desa Bulian, yang sebagian besar terdiri dari petani. Dari tahun ke tahun penduduk Desa Bulian bertambah jumlahnya. Per kembangan penduduk membawa konskwensi yang lebih kompleks seperti bertambah banyaknya keperluan sandang pangan, daerah pemukiman, lapangan kesempatan kerja dan lain-lainnya. Padatnya penduduk dan berkurangnya lapangan kerja di Desa Bulian ini mendorong kemauan mereka untuk berpindah ketempat baru demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Sebagian besar mereka menuju arah utara kearah pantai dan menetap disuatu tempat yang dinamakan Kubutambahan. Makin lama jumlah mereka yang menetap ditempat pemukiman baru itu bertambah banyak, oleh karena keadaan tanah disana lebih subur dan datar dibanding Desa Bulian sehingga untuk bertani dirasakan lebih mudah dan lebih baik hasilnya. Namun lama-kelamaan mereka mengalami kesulitan dibidang sepiritual (keagamaan) karena mereka harus menempuh medan yang sulit untuk pergi ke Desa Bulian yang merupakan desa asal mereka dalam rangka memenuhi kewajiban mereka dibidang agama bila upacara piodalan di Pura Delod Guwuh khususnya dan pura-pura lainnya yang ada di Desa Bulian. Hal ini menimbulkan gagasan mereka yang telah menetap dipemukimanbaru (Desa Kubutambahan) untuk membangun pura yang.

Sumber : Buku Pura Meduwe Karang (oleh : I Gusti Bagus Ngurah ardjana, BA dan Putu Kusumada, BA (1979/1980)