Nglekas
adalah sebuah upaya mendapatkan kepuasan batin atau perubahan wujud bagi para
penekun ilmu Liak (lingih aksara), dimana ajaran kebatinan tersebut ada yang
baik (tengen) dan ada yang buruk (kiwa). Dimana ajaran ini dipercaya bagi masyarakat
Bali yang memiliki nilai Adi Luhung, karena penekun ilmu Liak di tuntun untuk
memahami dan mengaplikasikan Aksara. Aksara Bali yang terdapat di Bhuana Agung
agar bisa menyatu dengan Bhuana Alit, terlepas dari baik dan buruknya ajaran
Liak tersebut, itu semua tergantung dengan penekun ilmu tersebut.
Nini merupakan sebutan nenek bagi
masyarakat di Bali. Suatu kisah terdapat seorsang
Nenek
(nini) yang di ceritakan hidup sebatang kara, yang kesehariannya ia mendapatkan
perilaku yang kurang baik dari masyarakat setempat, kemudian beliau
berinisiatif untuk menghafalkan mantra salah satu ilmu yang pengliakan dan
memohon panugrahan di Setra (kuburan) yang dihaturkan kepada Bhatari Durga
sebagai Ibu dari ilmu Liak. Dengan ketekunan dan keteguhan hati seorang wanita
paruhbaya, beliau mendapatkan sebuah panugrahan yakni berupa perubahan wujud
menjadi sosok yang menyeramkan bertangan empat di selimuti oleh kain berisikan
aksara-aksara suci (kereb/kekereb).
Kemudian dengan wujud yang
menyeramkan tersebut ia menghantui dan memberikan pelajaran kepada orang-orang
yang sudah menghina dan mencaci maki beliau sebagai seorang nenek (nini) yang
sudah lanjut usia. Dengan dasar cerita inilah diungkapkan menjadi sebuah
ogoh-ogoh yang berupa seorang nenek (nini) paruh baya yang menyeramkan sedang
memberikan pelajaran bagi orang-orang yang kurang beretika terhadap orang uang
sudah tua.