(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Sejarah Gedong Kirtya

Admin disbud | 18 Januari 2021 | 1480 kali

Berbicara Gedong Kirtya tak lepas dari jasa dua orang Belanda yakni: F.A Lieffrinck dan Dr. Van Der Tuuk yang telah mempelopori penelitian kebudayaan, adat istiadat dan bahasa di Bali. Ketertarikan mempelajari budaya Bali dan Lombok ini akhirnya ditindaklanjuti oleh L.J.J Caron, Dr. Purbacaraka, Dr. Wr. Stuterheim, Dr. R. Goris, Dr. Th Pigeand, Dr. C. Hooykaas dengan membuat pertemuan di Kintamani, dari hasil pertemuan lahirlah sebuah yayasan (Stiching) yang menitik beratkan kegiatan untuk penyimpanan lontar dimana kegiatan ini di bantu oleh para Pinandita dan Raja-raja se-Bali.

Yayasan ini didirikan pada tanggal 2 Juni 1928, dinamakan Stiching Liefrinck Van Der Tuuk, tetapi atas saran Raja Buleleng I Gusti Putu Jelantik, gedung ini ditambah dengan Bahasa Sansekerta-Bali yakni Kirtya, sehingga menjadi Kirtya Liefrinck Van Der Tuuk dan mulai di buka secara umum pada tanggal 14 sepetember 1928 atau 1850 caka sesuai yang diperlihatkan pada monograf atau candra sangkala yang ada pada pintu masuk (paduraksa). Paduraksa, yakni gambar manusia yang menaiki gajah dengan busur panah ditanganya, kemudian membunuh musuhnya dan orang yang kena panah itupun mati. Nilai yang terkandung dari masing-masing gamabar sebagai berikut: Manusia (1), Gajah (8), Panah (5), dan orang mati (0) jadi kalua dibaca tahun isakanya adalah isaka 1850.

Jumlah Salinan berjumlah 5200, buku perpustakaan 3500, judul yang berbahasa asing, dan koleksi lontar di Gedong Kirtya berjumlah, 2022 cakep. `Disusun menjadi tujuh klasifikasi diantaranya:

I. Weda terdiri dari : Weda, Mantra dan Kalpasastra
II. Agama terdiri dari : Palakerta, Sasana dan Niti Sastra
III. Wariga terdiri dari: Wariga (Astrologiesche warken), Tutur (Onderricht), Kanda, (Handboeken) dan Usada
IV. Ithihasa terdiri dari : Parwa, Kakawin, Kidung, dan Gaguritan
V. Babad terdiri dari : Pamancanan, Riwayat runtuhnya kerajaan-kerajaan dan Gaguritan.
VI. Tantri terdiri dari tantri, satwa dan surat pangeling - eling
VII. Lalampahan