Tradisi Menenun Kain Songket di Kelurahan Beratan Buleleng
Salah satu daerah di Kabupaten Buleleng yang masih mempertahankan tradisi pemakaian kain tenun songket tersebut adalah terdapat di Kelurahan Beratan. Eksistensi songket Beratan merupakan produksi pertama kain songket di Buleleng yang menyuplai pakaian raja-raja sekitar abad ke- 14. Tradisi menenun kain songket di Kelurahan Beratan terkait dengan konsep “agaluh agandring” sebagai satu kesatuan mata pencaharian di keluarga ini. Konsep agaluh adalah perempuan bekerja sebagai penenun kain songket sebagai mata pencaharian.
Konsep agandring adalah laki-laki yang mengerjakan kerajinan emas dan perak sebagai mata pencaharian. Profesi agaluh hingga saat ini masih tetap berlangsung. Ciri khas hasil kain tenun songket di Kelurahan Beratan adalah sebagai berikut ;
1. Motif dan Ragam Hias didominasi penggunaan motif-motif klasik.
2. Motif-motif dibuat dengan ukuran benang emas yang lebih kecil sehingga renyep (rapat dan indah) dan kerep (rapat dan halus).
3. Menggunakan benang halus sehingga songket menjadi ringan dan tidak berat saat dipakai.
4. Antara basang (bagian dalam kain) dan Tundu (bagian luar kain) tidak menampakkan perbedaan yang mencolok.
Jenis-jenis kain songket yang terdapat di daerah Bali termasuk pula yang terdapat di Kelurahan Beratan, terdiri atas empat jenis;
a. Udeng (ikat kepala atau destar) songket, berbentuk lembaran segi empat bujur sangkar dengan ragam hiasnya terletak pada bagian pinggir.
b. Senteng atau rateng (selendang songket), berbentuk segi empat panjang digunakan sebagai pengikat pinggang dan penutup dada kaum perempuan.
c. Saput atau kampuh songket, bebentuk segi empat bujur sangkar, digunakan oleh laki-laki sebagai penutup kain panjang. d. Kamben (kain panjang yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan) songket.
d. Kamben (kain panjang yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan) songket.
Songket Beratan memiliki fungsi keagamaan yakni sebagai pakaian yang digunakan dalam upacara keagamaan. Fungsi sosial budaya yakni kain tenun songket dapat dipergunakan untuk menyame braya (ikatan persaudaraan atau persahabata). Fungsi ekonomi, kain songket sebagian besar didesain dan diproduksi untuk kepentingan pasar.
Selain fungsi, kain tenun songket di Kelurahan Beratan jugs memiliki;
1. Makna sakral yang tampak dalam motif-motif sakral seperti Boma.
2. Makna kesetaraan yang memberi hak kepada semua lapisan masyarakat Bali untuk memproduksi dan menggunakan kain songket.
3. Makna kesejahteraan, hasil tenun songket dapat digunakan sebagai sumber penghasilan.
4. Makna kreativitas, karya budaya kain tenun songket Bali merupakan kreatifitas dari para seniman atau desainer.
5. Makna pelestarian, tenun songket Beratan sebagai peninggalan budaya atau heritage perlu dipertahankan.
6. Makna identitas, songket dapat mengkomunikasikan tentang jati diri maupun status seseorang.
7. Makna estetika, tampak dalam motif-motif hasil karya para desainer motif yang kini semakin langka.
Perkembangan tenun songket Buleleng pada era globalisasi baik dari segi proses pembuatan dan motif hias yang dibuat mengalami perkembangan. Tenun songket yang dibuat oleh perajin seperti adanya perpaduan antara tenun songket dengan jumputan, tenun songket dengan endek, menggunakan benang sutra dan benang berwarna lainnya. Dampak globalisasi terhadap tenun songket yang dihasilkan oleh perajin tidak selalu mengacu pada produk-produk yang sudah ada sebelumnya, namun sudah terjadi diversifikasi.
Hasilnya berupa kain tenun songket kombinasi berbagai warna, bahan, teknik yang digunakan, serta hasil produk berupa kain untuk upacara ritual dan produk fashion seperti tas dan sandal. Globalisasi membuat perajin tenun songket Buleleng menjadi lebih kreatif dan inovatif untuk memenuhi selera konsumen.