Lahirnya Ki Barak Panji
Ada seorang wanita bernama si Luh Pasek dari Desa
Panji di daerah Denbukit (Buleleng), menjadi sahaya (penyeroan) di Puri. Dalem
Saganing waktu itu sudah amat tua. Pada suatu hari ada kejadian yang
menyebabkan Dalem Saganing jatuh cinta kepada si Luh Pasek. Karena itu lalu
dikawini oleh Dalem Saganing. Selang beberapa lama lalu si Luh Pasek hamil.
Pada suatu Ketika Dalem Saganing sadar dengan dirinya yang sudah mendekati
ajal, tetapi ia merasa belum dapat membalas jasa Arya Jelantik yang amat bakti
dan setia kepadanya. Oleh karena itu Dalem menganugerahkan si Luh Pasek yang
sedang hamil kepada Arya Jelantik, sebagai pembalas jasa dengan perjanjian,
sebelum lahir bayi si Luh Pasek tidak boleh dikawini oleh I Gusti Ngurah
Jelantik. Dan jika bayi itu sudah lahir, maka bayi itu akan diberikan kepada I
Gusti Ngurah Jelantik untuk dipelihara sebagai anak.
Setelah
tiba waktunya, Luh Pasek melahirkan seorang anak laki-laki, dengan cahaya ajaib di
ubun-ubun kepalanya. sebagai suatu tanda kekuatan dan kejayaannya di
kemudian hari. Bayi itu diberinya nama "Ki Barak Panji". Pada waktu
itu istri Ki Ngurah Jelantik tiada dapat menerima kehadiran bayi itu, karena khawatir
di kemudian hari anak kandungnya akan disisihkan. Ini disadari karena anaknya
mungkin akan kalah wibawa dan kekuatan dibandingkan dengan bayi itu kelak.
Itulah yang menyebabkan istri Ngurah Jelantik selalu gundah gulana.
Setelah Ki Barak Panji Besar,
barulah berangkat ke Puri untuk memperbudak dirinya ke Dalem Saganing. Di Puri
Ki Barak Panji berkumpul bersama putra-putra Arya, keduanya sebagai sahaya di
Puri. Pada suatu tengah malam, Sri Dalem bersama ratunya keluar mencari udara
malam, tiba-tiba ia melihat seberkas cahaya di kepala salah satu anak di antara
sekelompok anak yang sedang tidur nyenyak, lalu ditandai oleh Baginda dengan
kapur. Setelah itu cahayanya menghilang. Keesokan harinya seluruh putra kaum
Arya diperiksa oleh raja, dan ternyata yang ditandai dengan kapur adalah Ki
Barak Panji. Kini percayakan Sri Dalem kepada Ki Gusti Ngurah Jelantik yang
pernah berkata demikian. Rasa cinta Dalem padanya semakin besar. Namun ia
was-was dan khawatir di kemudian hari, jangan-jangan kekuasaannya dikalahkan
oleh Ki Barak Panji. Ia berharap putra Ki Barak Panji bisa menjadi penguasa di
Bali Dwipa.
Sumber : Buku Sejarah Ki Barak Panji Sakti (oleh :
I.W Simpen A.B)