CIKAL BAKAL NAMA
KERAJAAN BULELENG
Suatu ketika Ki Gusti Ngurah Panji Sakti
memerintahkan rakyat merabas ladang di Jenggala Blalak, artinya tempat orang menanam
Buleleng (Jagung Gambah/Jagung Gembal), di sebelah utara Sukasada. Setelah
selesai di sanalah Raja membangun Puri. Demikian pula dengan pegawai-pegawai
kerajaan dan rakyat, mereka mendirikan bangunan tempat tinggalnya di sana. Tempat
yang baru itu lantas dinamai "Buleleng". Sejak itu, yakni pada
tanggal 30 Maret 1604 kota kerajaan dipindahkan dari Sukasada ke Buleleng dan
ibukotanya dinamai "Singaraja" yang mengandung arti dipimpin oleh
seorang raja yang gagah perkasa laksana Singa. Raja yang dimaksud ialah Ki
Gusti Ngurah Panji Sakti.
Gajah kendaraan sang raja dibuatkan petak (kandang)
di sebelah utara kota Singaraja. Lalu tempat itu dinamakan "Banjar
Petak", sampai sekarang. Hewan tunggangan raja tersebut dipelihara oleh 3
orang pawang yang berasal dari SoloJawa. 2 orang di antaranya tinggal di
sebelah utara Banjar Petak.
Tempat itu lalu dinamai "Banjar Jawa"
(sampai sekarang.)Sementara yang seorang lagi tinggal di pantai dekat muara sungai
Banyumala. Karena orang tersebut berasal dari Probolinggo, lalu tempat itu
akhirnya dikenal dengan "Lingga". Dan wilayah di antara Banjar Petak
dan Banjar Jawa dinamai Banjar Peguyangan (Pakubangan), karena di tempat itulah
Gajah berkubang (meguyang). Maka lama kelamaan orang keturunan Jawa yang
berasal dari ke 3 pawang gajah tersebut kian banyak di Banjar Jawa. Karena itu
oleh raja dipindahkan dan diberi tempat didekat pegunungan, dinamai hutan Pagatepan
(Pegayaman) (sampai sekarang), menjadi sendi (penjaga) perbatasan di sebelah
selatan.
Sumber
: Buku Sejarah Ki Barak Panji Sakti (oleh : I.W. Simpem )