(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Budaya dan tradisi Sapi Gerumbungan di Buleleng

Admin disbud | 28 Juli 2017 | 3814 kali

Budaya dan tradisi Sapi Gerumbungan di Buleleng

Atraksi warisan leluhur ini berawal dari ungkapan kegembiraan para petani karena hasil garapannya yang melimpah. Kata “gerumbungan” berarti sebuah genta besar, dan genta tersebut digantungkan pada leher-leher sapi. Dalam peserta lomba Sapi Gerumbungan ini, tidak semua jenis sapi bisa ikut, hanya sapi jantan saja, itupun dipilih dari sapi yang berbadan kekar, pemilihan sapi jantan oleh kelompok ternak dengan berbagai kriteria, mereka mempersiapkan pejantan-pejantan muda untuk disiapkan dalam pementasan Sapi Gerumbungan, sapi tersebut agar bisa pentas dengan gerak langkah yang seragam, ekor sapi melengkung dan kepala mendongak ke atas, tentunya berbeda pada saat anda menyaksikan tradisi Makepung di Negara yang memacu kerbaunya menjadi yang tercepat.

Dalam lomba akan diikutkan sepasang sapi jantan, setelah kedua sapi dipasangi genta besar (gerumbungan) pada leher sapi termasuk dengan segala aksesorisnya, maka kedua sapi tersebut dikaitkan dengan sebatang kayu yang dinamakan uga, di tengah-tengah uga tersebut dipasang lagi kayu sepanjang 3 meter, dan pada ujung kayu belakang tersebut seorang joki berdiri untuk mengendalikan sapi, joki juga harus berhias rapi dan menarik. Genta besar atau sering disebut keroncongan ini menimbulkan suara khas saat sapi terebut berlari.

Aspek penentu dari penilaian dalam lomba tersebut diantaranya jenis sapi yang ikut lomba serta aksesoris yang digunakan menjadi beberapa aspek penilaian, terlebih lagi keserasian gerak langkah sapi menjadi bahan penting untuk penilaian team juri, disinilah diperlukan keahlian seorang joki harus sanggup mengendalikan sapi tersebut, apalagi bisa menyuguhkan atraksi cukup unik, ini akan memberikan nilai tambah.

Budaya dan tradisi unik Sapi Gerumbungan ini menjadi kegiatan rutin, sebagai ajang tahunan yang juga bisa menjadi pendukung dan daya tarik kabupaten Buleleng sebagai daerah tujuan wisata, dan untuk itulah melalui keputusan Bupati tahun 2002 tradisi kuno warisan leluhur ini akhirnya diresmikan oleh pemerintah daerah, sehingga tradisi dan kegiatan lomba bisa berlangsung rutin, berjalan tertib dan terprogram baik, digelar terutama saat HUT kota singaraja, Sapi Gerumbungan tersebut diperlombakan memperebutkan piala Bupati, terbilang cukup jarang dilombakan, sehingga penonton seperti warga dan juga wisatawan cukup antusias menyaksikannya.

Kegiatan sapi Gerumbungan ini, digelar hanya dua jam saja mulai pukul 08.00 – 10.00 wita, pada hari Minggu setiap bulan Agustus. Yang cukup menarik, wisatawan yang ingin merasakan menjadi joki, bisa mencoba mengendalikan Sapi Gerumbungan ini dengan panduan pemiliknya, tidak perlu khawatir, karena sapi-sapi tersebut sudah terlatih dan tidak akan mengamuk.