Keluarga Eropa berpose di Pura Beji Sangsit, Sawan, Buleleng , 1917. Pura Beji di Desa
#Sangsit Kecamatan
#Sawan,
#Buleleng satu warisan peninggalan leluhur yg kini masih terjaga keasriannya. Sejak didirikan sekitar pada abad I5 silam pura ini memang di-empon oleh krama subak di desa setempat, namun dalam perjalanannya seluruh krama desa menjadi pengempon. Pura ini juga menjadi satu daya tarik wisata. Setiap hari ada saja wisatawan asing berkunjung ke pura ini. Konon, kunjungan wisatawan yg tak pernah sepi ini karena wisatawan tertarik mengetahui bahwa di pura tsb terdapat dua buah patung orang asing yg dikenali sbg warga Belanda. Satu patung memegang gitar dan satu lagi memegang rebab. Dua patung ini terletak di kori agung menuju ke jeroan pura. Tidak ada bukti tertulis yang memuat sejarah
#Pura Beji. Kondisi ini membuat tokoh masyarakat di Sangsit menyusun buku yang menceritakan sejarah pura. Buku ini ditulis dengan narasumber dari pengelingsir yang mengetahui sejarah Pura Beji. Dari upaya itu terungkap bahwa Pura Beji sebenarnya bukan pura subak. Tetapi karena sejak didirikan sekitar abad 15 silam notabene krama di Sangsit merupakan petani, sehingga seolah-olah Pura Beji itu di-emong oleh krama subak saja. Sementara dari hasil penelitian menyebutkan bahwa berdasarkan tata letak pura itu sebelah utara komposisi pelinggihnya untuk krama subak, di tengah2 dibangun pelinggih yang masuk dalam kategori puseh dan di sebelah selatannya terdapat kelompok pelinggih jajaran. Ciri lainnya adanya bangunan Bale Agung Saka Kutus yg biasa terdapat pada Pura Puseh pada umumnya. Pura Beji dalam setahun melaksanakan tiga kali piodalan yang sudah terjadwal. Piodalan pertama jatuh tiap bulan Purnama Kedasa. Kedua digelar pada Purnama Desta. Piodalan ketiga atau sering disebut piodalan agung jatuh setiap Purnama Kapat.