(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Kesenian Atraksi Sampi Grumbungan

Admin disbud | 03 Agustus 2017 | 1265 kali

Disebut juga magrumbungan, mulanya dilaksanakan oleh petani  di Buleleng ketika sudah habis bekerja di sawah, swahnya sudah siap ditanami. Gerumbungan mengandung makna okokan, keroncongan seperti genta yangterbuat dari kayu dengan ukuran yang lebih besar dari ketika sehari-hari digunakan dalam membajak sawah. Okokan atau Keroncongan diberikan nama diambil dari bunyinya yang digantungkan di leher/baong sapi, bertepatan dengan Uga dengan talinya disebut Sambed.Uga adalah menyatukan dua sapi menjadi pasangan yang akan menarik bajak yang digunakan untuk membajak sawah, atau lampit untuk melakukan mengoyakan tanah, atau melasah untuk meratakan tanah yang sudah menjadi lumpur. 

Ketika pelaksanaan atraksi kontes sampi grumbungan lampit/banjaknya diganti dengan tempat duduk joki, masih mengambil bentuk Lampit tetapi fungsinya sudah berubah, sudah tidak lagi berfungsi mengoyak tanah, sehingga tidak ada gerigi di bawahnya, karena sudah berubah menjadi tempat duduk joki untuk mengendalikan sapinya ketika “perlombaan lari dengan seakit sapi pilihannya”. Tempat joki ini dihias dengan hiasan menarik khas Bali Utara, sehingga menjadi sangat menarik. Atraksi ini sudah menjadi event tahunan yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan September, bersamaan dengan pelaksanaan Festival Lovina di Bali Utara.

Sumber: Foto Panitia Bulfest, 2016.