(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Kisah Sapuh Leger dan Kutukan Bhatara Kala

Admin disbud | 16 Juni 2020 | 4630 kali

Dicertakan Dewa Kumara, juga lahir pada hari “tumpek wayang” sama seperti kakaknya yaitu Bhatara Kala. Maka, Bhatara Kala boleh memakannya bila sudah besar, Dewa Siwa pun menganugerahi Dewa Kumara agar selamanya menjadi anak-anak. Hal itu diketahui Bhatara Kala dan akhirnya Dewa Kumara dikejarnya. Dalam pelarian Dewa Kumara ke bumi, ia bersembunyi gulungan alang-alang yang masih terikat. Bhatara Kala mengetahuinya dan membongkar alang-alang tersebut dengan melepas talinya, Dewa Kumara lari sekuat-kuatnya. Ketika itu Bhatara Kala mengutuk siapa saja yang mengikat alang-alang tanpa melepas talinya, akan menjadikan makanan bagi Bhatara Kala. Dewa Kumara lalu bersembunyi di tumpukan kayu bakar yang juga terikat, Bhatara Kala mengikuti bau telapak kaki Dewa Kumara, akhirnya dijumpai di tumpukan kayu api, tetapi Dewa Kumara kembali lolos, Bhatara Kala mengutuk akan memakan orang-orang menumpuk kayu api tanpa melepas talinya. Dewa Kumara lalu bertemu dengan orang sedang memasak di dapur, namun tidak menutup lubang tungkunya kanan dan kiri, Dewa Kumara bersembunyi di sana. Bhatara Kala dengan segera mencarinya, namun Dewa Kumara dapat meloloskan diri melalui lubang tungku tersebut. Orang yang memasak tidak menutup lubang tungkunya, dikutuk akan dimakan oleh Bhatara Kala. Kemudian Bhatara Kala bertemu Dewa Siwa dan Dewi Uma dan memberinya teka-teki, karena tak mampu menjawabnya, Bhatara Kala pun melanjutkan pengejarannya mencari Dewa Kumara. Setelah lama mengejar, akhirnya ia kelelahan menemukan sesajen yang dihaturkan Sang Mangku Dalang yang tak ada lain adalah Dewa Wisnu sedang main wayang. Karena haus dan lapar, sesajen itu dilahapnya habis. terjadilah perdebatan antara Sang Mangku Dalang dengan Bhatara Kala, yang meminta agar segala sesajen yang dimakan dimuntahkan kembali. Bhatara Kala pun berjanji tidak akan memakan orang yang lahir pada wuku wayang, jika sudah menghaturkan sesajen menggelar wayang "sapuh leger". Dan sampai sekarang orang bali yang lahir pada wuku wayang pasti memohon tirtha pengeruwatan wayang sapuh leger pada hari Tumpek Wayang.

Sumber : Instagram @calonarangtaksu