Dalam kisah Sapuh Leger ketika Bhatara Kala hendak memangsa adiknya, Dewa Kumara, karena Bhatara Kala mendapat anugerah boleh memakan segala yang lahir pada wuku wayang (dalam kalender Bali) atau yang berjalan tengah hari tepat pada wuku wayang. Dan Dewa Siwa memberikan teka-teki kepada Bhatara Kala, berikut adalah kisahnya. Ketika saat itu hari sudah tengah hari tepat Dewa Kumara nyaris tertangkap Dewa Kala namun Dewa Siwa dan Dewi Uma menunggangi Lembu Nandini datang untuk menghalanginya. Karena mereka berjalan saat tengah hari tepat pada wuku wayang maka Dewa Kala berhak memakan Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Dewa Siwa rela dimakan oleh putranya dengan syarat Dewa Kala dapat menjawab teka-teki yang berbunyi :
.
“Asta pado sad lungayan catur buto, dwi purusa eka baga, eka egul tri nabhi sad karno, dwi srenggi gopangopo sapta locanam”.
.
Yang memilki terjemahan :
.
"Ia berkaki delapan, bertangan enam, punya buah kelamin laki-laki empat, dua kelamin laki-laki dan satu kelamin perempuan, punya dua tanduk dan tujuh mata, siapakah dia?"
.
Dewa Kala pun segera menjawab ;
.
“Yang Ayahanda maksud adalah apa yang didepan ananda saat ini, berkaki delapan, yaitu kaki Dewa Siwa dua kaki Dewi Uma dua, kaki lembu empat, bertangan enam yaitu tangan Dewa Siwa empat, tangan Dewi Uma dua, buah kelamin laki-laki empat, yaitu buah kelamin Dewa Siwa Dua, buah kelamin lembu dua, dua kelamin laki-laki, yaitu kelamin Dewa Siwa satu, kelamin lembu satu, satu kelamin perempuan yaitu kelamin Dewi Uma, dua tanduk yaitu tanduk lembu sedangkan matanya hanya enam yaitu mata Dewa Siwa dua, mata Dewi Uma dua, mata lembu dua".
.
Dewa Siwa bersabda "Aku punya tiga mata (Tri Netra) diantara keningku ada satu mata lagi, mata gaib yang dapat melihat seluruh alam yang ditutup Cudamani". Dewa Kala gagal menjawabnya lalu meneruskan pengejaran kepada Dewa Kumara. Hingga bertemu dengan Ki Dalang Leger dan Bhatara Kala melakukan perjanjian dengan Ki Dalang yang ternyata Dalang tersebut merupakan perwujudan Dewa Wisnu yang turun ke bumi untuk menyelamatkan Dewa Kumara.
Sumber : Instagram @calonarangtaksu