“Nak mula keto” adalah Bahasa Bali yang secara sederhana berarti “memang begitu” atau “dari dulu memang begitu”. Frase ini dulu sering diucapkan oleh para orang tua di Bali. Bila si anak-anak bertanya ini itu, jawaban singkatnya adalah “Nak mula keto”. Tidak ada perdebatan lagi. Bertahun-tahun hal ini terjadi dan tatanan masyarakat Bali, sehingga di Bali sedikit sekali perdebatan, karena mereka tau, ada beberapa hal yang memang tak patut dipertanyakan.
.
Kemudian lahirlah kaum intelektual muda, generasi kenapa begini kenapa begitu. Semua harus ada alasan, dasar logika, acuan sastra atau kitab suci. “Nak mula keto” menjadi cemoohan, orang yang mengucapkannya akan dianggap bodoh. Ketimbang dibilang bodoh, semuanya bergerak mencari-cari penjelasan dan pembenaran atas apa yang terjadi, hidup, adat istiadat, atau upacara.
.
Ditambah lagi antusiasme wisatawan atau non-Bali yang tertarik menanyakan hal-hal “unik” kepada orang lokal, maka jawaban harus ditemukan. Kadang jawaban yang kita berikan tak masuk akal serta terlalu naïf dan dibuat-buat. Padahal banyak hal di alam semesta yang tak bisa diterima oleh logika manusia yang terbatas.
.
Masa berulang, masalah sama sering ditemukan generasi-generasi berikutnya, perdebatan pun sebenarnya sudah ada ratusan tahun lalu. Dalam sejarah kehidupan manusia, pada pemahaman indra-indra manusia yang terbatas, tidak semua doa terkabulkan, tidak setiap kejadian ditemukan jawaban. Yang pintar, bodoh, kuat, lemah, berkuasa, maupun nista seringkali dibenturkan dengan sesuatu kenyataan hidup yang tidak bisa dipecahkan manusia. Kehidupan sebagian besar memang misteri Sang Pencipta.
.
Manusia yang memahami, ujung-ujungnya menerima kehidupan ini apa adanya atau selamanya berputar-putar pada roda tuntutan dan penderitaan. MEMANG DEMIKIAN ADANYA. Pada tahapan ini “Nak mula keto” yang sebelumnya diberi label kebodohan, menjadi statement yang sangat menenangkan. Kata ini secara turun temurun akan terus terucap oleh tetua Bali yang telah merasakan asam garamnya kehidupan.
.
“Nak mula keto, semua sudah sempurna apa adanya, apalagi yang harus diperdebatkan".
.