Tradisi Ngoncang
Tradisi menumbuk padi pada lesung atau yang lebih dikenal dengan istilah ngoncang, menjadi salah satu tradisi yang dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Bali. Kegiatan Ngoncang diartikan sebagai kegiatan adat yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari enam hingga delapan orang dalam satu kelompok. Dimana orang orang tersebut melakukan aktivitas memukulkan alu kedalam ketungan.
Melalui pukulan Alu kedalam ketungan itu, akan menimbulkan sebuah irama yang indah. Mengingat, dalam memukulkan alu, dilakukan secara bergantian, sesuai dengan aturan, walaupun memang aturan tersebut tidak tertuang secara tertulis.
Sejak dulu hingga kini, Tradisi ngoncang ini dikenal sebagai simbol kebersamaan dan keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya, sesuai dengan yang tertuang dalam ajaran Agama Hindu yakni Tri Hita Karana. Seiring dengan berjalannya waktu, kini tradisi ini pun semakin jarang ditemui di Masyarakat.
Salah satu Tokoh Agama di Banjar Adat Pekraman Paketan Putu Mahendra menuturkan, dulu tradisi ngoncang ini dilaksanakan pada saat dilaksanakannya beberapa upacara Agama Hindu, mulai dari pelaksanaan Ngaben ataupun dengan upacara otonan. Biasanya, tradisi ngoncang dilaksanakan sebelum mulainya sebuah upacara yadnya. selain untuk upacara Yadnya, tradisi ngoncang juga kerap kali dilakukan saat munculnya peristiwa peristiwa yang berkaitan dengan alam, misalnya saat terjadinya peristiwa gempa bumi, dan juga peritiwa Gerhana Bulan.
Untuk peristiwa gerhana bulan Kata Mantan Klian Banjar Pekraman Paketan ini, di Bali Gerhana Bulan memilki cerita tersendiri tentang bagaimana bisa terjadinya Gerhana Bulan. Cerita Gerhana Bulan tidak lepas dari cerita Raksasa Kalarau, cerita yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Bali. Dalam cerita itu, intinya adalah bagaimana Raksasa Kalarau itu berusaha untuk menelan Dewi Bulan.
“Makanya setiap Gerhana bulan itu, masyarakat mengistilahkan Bulane amah Kalarau, saat itulah masyarakat melakukan ngoncang, dengan harapan agar Raksasa Kalarau membatalkan niatnya untuk menelan Bulan. Itupun hanya sebatas cerita mitos.
Ngoncang ini memang sudah menjadi sebuah tradisi bagi masyarakat di Banjar Adat Pakraman Paketan, Desa Pakraman Buleleng, khususnya dalam setiap satu hari menjelang hari Suci Nyepi atau pada saat Pengrupukan. Masyarakat setempat meyakini bahwa Ngoncang bisa menambah aura positif dan menetralisir aura negative yang ada di Pemukiman warga.