0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

WARISAN BUDAYA KABUPATEN BULELENG

Admin disbud | 13 Juli 2017 | 4955 kali

1. MUSEUM BULELENG

Museum Buleleng berlokasi di lingkungan Puri Seni Sasana Budaya Singaraja. Bangunannya bersebelahan dengan Gedong Kertya. Keberadaannya diresmikan bertepatan dengan HUT Kota Singaraja, Tumpek Wariga, 30 Maret 2002. Museum Bulelen merupakan museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungan Bali Utara yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Beberapa diantaranya adalah :

  1. Benda-benda purbakala meliputi sarkofagus, stupa, patung, senjata dan lain-lain.
  2. Benda-benda seni meliputi lukisan, kerajinan emas, perak, besi, tapel, barung gamelan, dan lain-lain.
  3. Alat pertanian serta prototipe benda-benda seni yang disakralkan.

2. GEDONG KIRTYA

Gedong KIrtya berlokasi di Jalan Veteran nomor 20 Singaraja. Dibangun atas usulan cendikiawan Belanda yakni F.A.Liefrink dan H.N. Van Der Tuuk. Keduanya adalah indiolog sekaligus baliolog Belanda penggiat kebudayaan, adat istiadat dan bahasa bali. Usulan tersebut disambut baik oleh Resident Bali dan Lombok yang berkedudukan di Singaraja, dan sejak 2 Juni 1928 ditindaklanjuti dengan mendirikan sebuah yayasan yang dikemudian hari dikenal sebagai Gedong Kirtya. Pada perkembangan berikutnya, bangunan ini difungsikan sebagai tempat mendepositkan naskah-naskah hasil karya para pujangga dari tokoh-tokoh zaman dahulu yang tersebar disejumlah tempat di Bali dan Lombok yang sangat berguna di bidang keilmuan pada zaman Belanda.

 3. MASJID AGUNG JAMIK SINGARAJA

Masjid Agung Jamik berlokasi di Jalan Iman Bonjol Nomor 65 Singaraja, keberadaannya bisa diartikan sebagai proses akulturasi antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan luar. Masjid ini memiliki beberapa keunikan yang tidak dimiliki masjid lainnya. Pertama, pintu masuknya berbentuk gapura gaya bali, lengkap dengan ornamen ukiran yang merupakan hadiah dari raja Buleleng, Anak Agung Ngurang Ketut Jelantik Polong (Putra Raja Buleleng I) pada tahun 1860. Kedua, selain gapura masjid, hasil akulturasi Hindu dan Islam adapula kitab Al-Quran Raja. Disebut demikian sebab ditulis oleh salah seorang santrinya yang berasal dari keluarga Raja Buleleng, yakni Ngurah Ketut Jelantik Celagi (Generasi Ke-6 dari Kibarak Panji Sakti tahun 1830).

 4. TARI WALI – DESA SELAT

Tari Sang Hyang Dedari dan Tari Baris Dadab, termasuk Seni Tari Wali, yakni seni tari klasik yang sakral berpasangan dan konon diyakini dapat menangkal dan mengusir wabah yang masih terpelihara di Desa Selat, Kecamatan Sukasada. Kesenian ini tercipta sekitar tahun 1913 saat terjadinya grubug Desa yang melanda warga Desa Selat. Melalui pawisik yang diterima, akhirnya para leluhur Desa Selat Pandan Banten menciptakan sebuah tarian yang diyakini mampu mengusir wabah yang sedang melanda warga Desa Pakraman Desa Selat Pandan Banten kala itu. Tarian itu selanjutnya diberi nama, Tari Sang Hyang Dedari dan Tari Baris Dadab, yang sesungguhnya kedua tarian itu merupakan satu paket.

 5. SAPI GERUMBUNGAN

Sapi Gerumbungan sesungguhnya tidak berbeda jauh dari kesenian Makepung dari Kabupaten Jembrana ataupun Budaya Karapan Sapi dari Madura. Hanya saja, kesenian Sapi Gerumbungan yang ada di Kabupaten Buleleng tidak saja mengandalkan adu kecepatan, namun yang terpenting adalah penampilan dua ekor sapi ketika berjalan dengan gaya sang joki yang mengendalikan dua ekor sapi tersebut. Kesenian Sapi Gerumbungan di Bali Utara diperkirakan telah ada sebelum tahun 1938, yang pelaksanaanya dilakukan setelah panen raya oleh para petani. Tujuannya adalah mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraannya atas panes yang dilakukan dengan menarikan sapi-sapinya di tengah sawah.