Buleleng merupakan kabupaten yang terletak di Bali Utara yang memberikan peran penting dalam perdagangan secara intersuler dan antarsuler kerajaan Bali Kuno dengan kerajaan di nusantara maupun luar negeri. Bali utara memiliki pelabuhan alam yang baik karena terlindung dari ombak besar dan terdapat teluk tanjung serta adanya sumber-sumber air untuk mengisi persediaan air minum bagi para saudagar. Berdasarkan data prasasti, terdapat beberapa tempat yang diperkirakan sebagai pelabuhan pada masa Bali Kuno. Pelabuhan-pelabuhan alam itu antara lain Pacung, Sembiran, Julah, Manasa (Sangsit), Pabean Buleleng, Temukus.
Pelabuhan yang ada di pesisir Bali Utara (Buleleng) terdapat pelabuhan Julah yang sangat penting pada masa Bali Kuno. Informasi tentang ini dapat dilihat dari beberapa prasasti yang merekam kehidupan di Julah. Pelabuhan Julah juga memiliki peran yang sangat penting dalam perdagangan rempah di Nusantara. Tidak hanya rempah namun komoditi dagangan yang diniagakan juga lengkap dari kebutuhan sehari-hari, kerajinan logam, produk-produk kerajinan tangan, rempah-rempah (bawang putih, bawang merah, kapas, umbi-umbian/rimpang, cengkeh, cendana) .
Pola perdagangan Julah terdiri dari pola perdagangan intersuler yakni hubungan dagang antara penduduk di pedesaan atau pegunungan yang menjual hasil-hasil pertanian ke Julah. Pola perdagangan antarsuler atau sering disebut perdagangan antar pulau. Perdagangan antarsuler luar negeri sering terjadi di Julah. Pelabuhan Julah mengalami perkembangan yang menonjol di bandingkan dengan pelabuhan perdagangan yang ada di Bali Utara hingga di juluki kota pelabuhan yang memiliki intensitas perdagangan yang tinggi pada zamannya.
Namun seiring berjalannya waktu, perdagangan Julah mengalami kemunduran sama halnya yang terjadi di pelabuhan Sembiran dan Pacung. Kemunduran pelabuhan Julah disebabkan oleh 2 faktor yakni karena desa Julah diserang oleh para perampok sehingga penduduknya ada yang terbunuh dan ada yang melarikan diri dan disebabkan adanya pendangkalan pelabuhan karena faktor pencucian tanah sehingga para pedagang dari luar tidak bisa menambatkan perahunya di dermaga.
Sumber : Buku Pelabuhan Julah penulis Ida Bagus Sugianto, dkk.
Foto : koranbuleleng.com