0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Gelar Sosialisa Analisis Ekosistem Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dramatari Wayang Wong

Admin disbud | 30 September 2024 | 97 kali

Buleleng, 30 Oktober 2024 - Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV mengadakan sosialisa Analisis Ekosistem Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dramatari Wayang Wong di Desa Tejakula, dilaksanakan pada meeting room Hotel The Grand Vilandra Resort, Jl. Singaraja-Seririt, Buleleng, Bali.

Dimana Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng dalam hal ini mewakili Pj. Bupati Buleleng dengan memerikan Sabutan pada Sosialisasi Analisis Ekosistem Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dramatari Wayang Wong, dalam sambutnya dikatakan Bahwa Drama Tari Wayang Wong Di Tejakula Ini Merupakan Salah Satu Seni Pertunjukan Yang Memiliki Peran  Yang Sangat Penting Dalam Menjaga Tradisi, Mendidik, Dan Menghibur Masyarakat, Baik Dalam Bentuk Pertunjukan Wali Maupun Yang Sudah Dikemas Dalam Bentuk Pariwisata. Wayang Wong Tejakula Ini Juga Menjadi Media Untuk Mentransfer Nilai-Nilai Budaya Dan Moral Sesuai Lakon Yang Dibawakannya Di Atas Panggung Yaitu Epik Ramayana.  Apalagi Dramatari Wayang Wong Telah Diakui Dan Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Dunia Oleh Unesco Sebagai Salah Satu Dari Tiga Genre Tari Bali.  Ujarnya 

Dimana Dalam Hal Ini Pemerintah Kabupaten Buleleng Melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Terus Melakukan Koordinasi Dan Bekerjasama Dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali,  Mendorong Untuk Mempertahankan Kelestarian Keberadaan Seni Dan Budaya Yang Di Kabupaten Buleleng Ini Yaitu Melalui Berbagai Upaya  Seperti  Inventarisasi, Perlindungan, Pemeliharaan Serta Pemanfaatan Terhadap Kesenian Tradisonal Bali Yang Unik Dan Mempunyai Nilai Sangat Tinggi Dan Luhur Yang Diwariskan Oleh Leluhur Dan Dilaksanakan Setiap Generasi Masyarakat Bali Secara Urun Temurun. Tambahnya

Kegiatan sosilisai di buka langsung oleh Kepala BPK Wilayah XV Abi Kusno, pada pembukaannya dikatakan bahwa dalam memajukan kebudayaan Pemerintah Pusat dan Daerah bertugas “menghidupkan dan menjaga ekosistem Kebudayaan yang berkelanjutan”. Inilah pendekatan yang seyogianya dipakai dalam menjalankan mandat pemajuan kebudayaan, yakni “menghidupkan dan menjaga ekosistem kebudayaan”. Ujarnya

Serta mengambil perumpamaan dari ilmu biologi dan kemudian diterapkan dalam konteks kebudayaan, sehingga “ekosistem kebudayaan” atau “ekosistem objek pemajuan kebudayaan”, mengacu pada tata interaksi yang saling menunjang antara pelaku, peserta, lingkungan alam dan objek-objek pemajuan kebudayaan dalam suatu kawasan tertentu.Pendekatan pemajuan kebudayaan berbasis ekosistem, menggiring pemikiran bahwa bukan benda yang menciptakan hubungan sosial, melainkan hubungan sosial lah yang menciptakan benda.

Dalam pelaksanaannya, riset ini menggunakan metode Parsipatory Action Riset (PAR) yang telah dilaksanakan secara bertahap dari bulan Mei. Selama inilah tim periset telah mengumpulkan data dengan masuk ke dalam unsur-unsur pelaku dalam ekosistem Wayang Wong, memetakan isu pokok dan permasalahan, hingga menyusun rancangan rekomendasi sebagai upaya mendukung keberlanjutan warisan Budaya Wayang Wong. 

Setelah melewati beberapa tahapan proses kegiatan sebelumnya, hingga saat ini telah disusun hasil riset tersebut, kami memetakan kembali stakeholder terkait yang dapat mendukung eksistensi Wayang Wong di Kabupaten Buleleng. Sehingga pada saat ini kita dikumpulkan disini dengan harapan untuk dapat menangkap aspirasi yang disampaikan terkait kebutuhan dalam upaya mendukung ekosistem Wayang Wong.

Sosialisasi Analisis Ekosistem Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dramatari Wayang Wong difokuskan pada riset mengenai tata interaksi yang saling menunjang antara pelaku, peserta, lingkungan alam dan objek-objek pemajuan kebudayaan dalam suatu kawasan tertentu yang membentuk rangkaian rantai -aksi (culture cycle) yang menopang berjalannya keseluruhan ekosistem budaya. 

Sosilisasi Analisis Ekosistem Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dramatari Wayang Wong,  di paprkan langsung oleh Tim Riset Bali Pelestarian Kebudayaan XV, yakni 

I Wayan Sumahardika, S.Pd., M.Pd sebagai Moderator , I Putu Ardiyasa, M.Sn dan Kadek Anggara Rismandika, M.Sn sebagai pemapar materi, dalam pemaparan materi disebutkan bahwa pada Ekosistem Wayang Wong Tejakula memiliki dua ciri yakni wayang wong jeroan dan wayang wong jaba, dimana dijelaskan Kondisi kreasi pada kesenian Wayang Wong Tejakula berkaitan dengan proses kreatif seniman pelaku pada tataran filosofi, makna gagasan, bentuk dan perbandingan bentuk dengan kesenian lainnya. Selain itu juga dilihat fungsi kesenian dan peta pelaku budayanya.

seiring berjalannya waktu, pertunjukan Wayang Wong di Desa Tejakula mengalami perkembangan baik dari segi fungsi maupun konteks pertunjukannya. Perkembangan yang dimaksud seperti apa yang diungkapkan Jro Mangku Dalang Made Sadnyana sebagai tokoh sentral Wayang Wong Tejakula yang mengungkapkan bahwa sejak tahun 1975 wayang wong Tejakula sudah melakukan m upaya pembentukan bentuk pertunjukan profan dari kesenian Wayang Wong Tejakula. 

Bentuk pertunjukan ini diupayakan dengan upaya reproduksi wayang wong duplikat dalam wadah pengelolaan berupa sanggar wayang wong dengan nama Sanggar Wayang Wong Guna Murti Tejakula. Dahulu Wayang Wong di Desa Tejakula lebih bersifat ritual dan berperan sangat menonjol dalam upacara keagamaan dan adat.  Pertunjukan Wayang Wong pada masa lalu juga lebih terbatas ruang lingkup dan penontonnya, seringkali hanya disajikan dalam setting tertentu. 

Namun saat ini Wayang Wong Desa Tejakula telah mengalami transformasi yang signifikan. Pertunjukan Wayang Wong tidak hanya ditampilkan dalam konteks keagamaan tetapi juga sebagai bagian hiburan dan pertunjukan seni yang lebih luas. Wayang wong sebagai wujud seni memiliki nilai-nilai yang dapat dikembangkan dan disebarluaskan dalam rangka membentuk karakter melalui berbagai alih media. Dimana Situs pura sebagai tempat latihan dan pementasan Wayang Wong Jaba; Sarana prasarana yang dimaksud adalah tempat latihan, tapel, gelungan, pakaian dan tempat penyimpanannya.

Dilanjutkan dengan pemaparan meteri oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng dengan memaparkan Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap Kesenian Lokal di Buleleng yang bertujuan untuk menjaga kelestarian dan meningkatkan kualitas kesenian lokal. Kebijakan ini mencakup berbagai aspek, seperti pendanaan, pelatihan, dan fasilitasi. Dimana Buleleng memiliki beragam bentuk kesenian lokal, mulai dari seni pertunjukan hingga seni kriya. Seni pertunjukan di Buleleng terkenal dengan keunikan dan keindahannya.

Pemerintah Daerah Buleleng berperan aktif dalam melestarikan kesenian lokal. Melalui program-program yang terstruktur, pemerintah daerah memfasilitasi, mendukung, dan mempromosikan kesenian lokal Meskipun memiliki kebijakan yang kuat, pemerintah daerah menghadapi tantangan dalam implementasinya. Kurangnya sumber daya dan kesadaran masyarakat merupakan beberapa kendala utama. Kebijakan pemerintah daerah telah membawa dampak positif bagi kesenian lokal. Kebijakan ini telah mendorong kreativitas dan pengembangan kesenian lokal