Kabupaten Buleleng kembali memukau banyak penonton dalam Utsawa (Parade) Gong Kebyar Anak-anak Duta Provinsi Bali sebagai Pendamping Duta Kota Denpasar, pada Pesta Kesenian Bali XLVII tahun 2025, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Denpasar pada Rabu, (25/7/2025) dimana kali ini diwakili oleh Sanggar Seni Manik Uttara, Kabupaten Buleleng.
Adapun garapan yang dibawakan pada Utsawa (Parade) Gong Kebyar Anak-anak Duta Provinsi Bali sebagai Pendamping Duta Kota Denpasar yakni :
“Tabuh Kreasi Danu Pramana” Dalam irama dan nada yang mengalun laksana embun pagi, seindah suasana alam yang senada dengan hembusan angin segar dilembah genangan air dalam daratan bumi. Danau itu sangat indah terlihat dengan segala kemegahan ciptaan yang maha kuasa. Penggambaran tersebut diinterpretasikan dalam sebuah karya tabuh kreasi berjudul Danu Pramana.
Dalam penggambaran musikal, tabuh ini menggambarkan wujud keindahan dan keharmonisan sebuah danau suci yang dikelilingi oleh kebahagiaan. Airnya bening bagaikan citta yang murni, menyatu dalam getaran semesta."Pramana" merujuk kepada sarana pengetahuan, dan "Danu" digunakan sebagai sumber dari saranapengetahuan sebuah ide-ide musikalnya. Berlandaskan filosofi Tri Hita Karana, pada akhir tabuh (wasana) menggambarkan keselarasan alam, nuansa gamelan berubah tenang, dihiasi artikulasi legato dan gema kempli yang menawan, seolah alam bersenandung dalam senja.
“Tari Magrumbungan” merupakan sebuah garapan tari yang menggambarkan seorang petani sedang membajak (nenggala) di sawah yang biasanya orang Buleleng menyebutnya sebagai magrumbungan. Tarian ini diciptakan oleh I Nyoman Durpa dan Ketut Artika. Dalam magrumbungan, petani menggunakan beberapa ekor sapi yang dikaitkan pada sebuah kayu pemegang yang disebut “uga”, dan biasanya petani melakukan kegiatan ini sebelum menanam (memula) padi.
“Dolanan Majukung-jukungan” Buleleng merupakan kabupaten yang nyegara gunung, selain memiliki bukit juga memiliki pantai yang indah, sehingga ini sangat berpotensi menjadikan mata pencaharian masyarakatnya sebagai nelayan. Majukungan biasanya sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat pantai, dimana jukung ini digunakan oleh nelayan ataupun pemancing pergi ke tengah laut menangkap ikan.
Tentunya, dalam melaut akan banyak menemukan rintangan, salah satunya adalah ombak yang besar. Begitu halnya dalam permainan majukung- jukungan ini, akan dibentuk menjadi dua kelompok besar. Ada kelompok yang menjadi jukung dan ada kelompok lainnya menjadi ombak. Kelompok yang menjadi ombak akan terus berusaha menghancurkan barisan kelompok yang menjadi jukung. Kelompok yang berhasil menghancurkan jukung, itulah yang menjadi pemenangnya.