Dalam rangka melestarikan khasanah seni budaya warisan leluhur dari ancaman kepunahan ditengah derasnya kemajuan jaman maka Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng mengadakan sebuah workshop serangkaian pelaksanaan Buleleng Festival Tahun 2019. Workshop ini mengangkat tema "Pelestarian Tarian Dangin Njung dan Dauh Njung". Workshop yang diadakan di Wantilan Sasana Budaya ini mengajak sekaa dan sanggar seni yang produktif untuk ikut melestarikan warisan seni budaya leluhur. Dinas Kebudayaan Buleleng menginstruksi kepada sekaa dan sanggar agar menggali, melestarikan dan melakukan pembinaan terhadap tarian atau tabuh warisan leluhur Dangin Njung dan Dauh Njung.
Workshop ini dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Drs.Gede Komang,M.Si dan dipaparkan oleh 2 Narasumber yaitu Bapak Made Keranca dan Ibu DR. I A Wimba Ruspawati, SST., M.Sn. Bapak Made Keranca adalah sang maestro yang menciptakan tari Legong Pengeleb. Beliau juga sebagai pembina tabuh dan tari tingkat Kabupaten, Provinsi, Nasional hingga Mancanegara diantaranya Amerika dan Jepang. Serta sebagai seniman tari dan tabuh untuk tampil di tingkat Nasional dan Internasional diantaranya Jepang, Pilipina, Amerika dan Persia.
Pada workshop ini membahas bagaimana pelestarian seni tari Dangin Njung dan Dauh Njung khususnya tari Legong Pengeleb dan Legong Tombol. Tari Legong Pengeleb adalah salah satu jenis tari kekebyaran yang lahir di desa Menyali Buleleng, dimana tarian ini menggambarkan suasana hati kaum perempuan yang penuh kegembiraan diluapkan dengan ekspresi bahagia, suka cita dan keagresifan. Tari ini direkonstruksi oleh salah seorang seniman Buleleng yang dengan sangat intens melakukan kegiatan pelestarian terhadap kesenian tradisi Buleleng yakni Bapak I Made Keranca sebagai rekonstruktor tari dan I Made Pasca Wirsutha sebagai rekonstruktor kerawitannya.
Tari Legong Tombol adalah salah satu tari legong dengan genre kebyar yang berhasil direkonstruksi oleh Dr. Ida Ayu Wimba Ruspawati,S.St.,M.Sn guna menyelesaikan penelitian doktornya. Tari ini diciptakan oelh Wayan Rindi salah seorang Maestro Legong dari banjar Lebah, Sumerta Kelod di Desa Banyuatis, Buleleng sekitar tahun 1950-an. Kata Legong Tombol terdiri dari dua kata yakni Legong yang berarti tarian dan Tombol yang berarti mahkota simbol keagungan. Tari ini sesungguhnya terklasifikasi ke dalam tari Penyambutan dan dipergunakan untuk menyambut tamu kepresidenan di istana Tampak Siring pada era Presiden Soekarno.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng mengatakan bahwa "Buleleng kaya akan seni dan budaya, jadi untuk apa meniru karya daerah lain, maka dari itu tugas kita sebagai masyarakat Buleleng dan sesuai juga dengan pemaparan dari para Narasumber agar bagaimana seni dan budaya Buleleng terus digali dan dilestarikan dan direkontruksi", ujar Kadis Kebudayaan Buleleng.