(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Penampilan Memukai Gong Kebyar Duta Kabupaten Buleleng Pada PKB XLIV Tahun 2022

Admin disbud | 28 Juni 2022 | 176 kali

Tiga sekaa gong Duta Kabupaten Buleleng tampil memukau pada Utsawa (Parade) Gong Kebyar pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 tahun 2022 yang dilaksanakan di Panggung Ardha Candra Provinsi Bali, Minggu (26/6).

Beberapa penampilan Duta Kabupaten Buleleng adalah :  

1. Penampilan Sekaa Gong kebyar Anak-anak Padepokan Seni Dwi Mekar, Kelurahan Banyuning yang menempati panggung di sebelah kiri panggung yang menampilkan tabuh telu lelambatan "Bulak Agung" dimana Bulak Agung berasal dari kata “Bulakan” yang mempunyai arti sebuah mata air besar yang ada di pegunungan.  Penampilan selanjutnya sekaa gong kebyar anak-anak ini adalah tari kekelik yang mengisahkan tentang seekor burung besar dengan sifat keangkara murkaan, sombong, merasa memiliki kekuatan yang besardengan selalu mengganggu kawanan burung sesapi yang kecil. Pesembahan lainnya yaitu tari pudak sinunggal. Tari Pudak Sinunggal mulai direkonstruksi pada tahun 2014 dengan seniman-seniman Bali Utara. Bapa Made Keranca, Bapa Carik dan I Made Pasca Wirsutha. Tarian ini menggambarkan dan terinspirasi oleh bunga seniman pudak yang tumbuh pada tumbuhan pandan. Berwarna putih susu dan sangat harum. Bunga pudak ini hidup di dekat mata air (kolam) didekat Pura Bukit Sinunggal di Desa Tajun, Kabupaten Buleleng. Bunga yang sejuk dan burung yang mandi menginspira (Pencipta Tabuh) yang membuat g si Bapa Sindu (Pencipta Tari) dan arapan ini pada awal abad ke-20. 


2. Penampilan sekaa gong kebyar wanita dari sanggar seni Wahana Santhi, Banjar Dinas Umejero, Desa Umejero, Kecamatan Busungbiu yang menampilkan tari kebyar Buleleng Dauh Enjung yang merupakan sebuah komposisi karya Ketut Merdana bersama I Nyoman Sukandia yang sesungguhnya direkonstruksi sejak bulan September tahun 2019 dan tabuh kreasi jagra parwata. Jagra Parwata adalah salah satu musik monumental karya I Nyoman Windha yang diciptakan pada tahun 1991. Dalam bahasa Sanskrit “Jagra” berarti bangun, terjaga, sadar, dan “Parwata” berarti Gunung. Menurut beberapa mitologi adat di Bali, gunung dijadikan sebagai simbol kesucian, muara dari segala sumber kehidupan makhluk disekitar dan dibawahnya. Parwata adalah awal dari sebuah peradaban, Ia tidak hanya menciptakan sumber mata air yang berlimpah sebagaimana terciptanya danau  Si perlambang kesuburan dan kemakmuran. Jadi “Jagra Parwata” adalah simbol abstrak yang mengharap tindakan konkret manusia untuk menjaga dengan penuh kesadaran kesucian Gunung, penyebab adanya sumber air, muara kehidupan. Persembahan lainnya yaitu tari kreasi duet Amed Semu yaitu mengungkap sisi baik  dari Rahwana yang keburu terstigma sebagai perlambang keangkara-murkaan.


3. Penampilan sekaa gong kebyar dewasa Eka Wakya Banjar Paketan, Kecamatan Buleleng yang menampilkan tabuh kreasi Pepanggulan Jagaranu yang terinspirasi dari menjaga danau sebagai tempat wisata agar tetap lestari dan terjaga. Sekaa gong kebyar Eka Wakya juga menampilkan tari Kebyar Legong. Kebyar Buleleng Dangin Enjung atau lebih dikenal dengan sebutan Kebyar Legong diciptakan oleh I Wayan Paraupan atau lebih dikenal dengan sapaan Pan Wandres. Tari ini merupakan cikal bakal lahirnya tari Trunajaya saat ini. Persembahan lainnya yaitu Gegitaan Santhi Kerti Jagat Bali yang terinspirasi dari keagungan air dalam kehidupan.