Hari Raya Saraswati adalah satu hari raya agama Hindu di Bali. Pada saat tersebut dipercaya sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan, nah tentunya dengan kepercayaan masyarakat seperti itu, semua orang butuh ilmu pengetahuan, karena ilmu itu bisa menuntun kehidupan manusia dan menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan, berbagai teknologi tercipta juga karena ilmu pengetahuan sehingga nantinya tercipta kemajuan, perdamaian, kemakmuran dan peningkatan peradaban umat manusia. Untuk itulah manusia terutama umat Hindu, wajib memperingati hari turunnya ilmu pengetahuan itu dengan melakukan persembahan kepada Sang Hyang Aji Saraswati (Dewi Saraswati), mengucapkan terima kasih dan syukur atas anugerah ilmu pengetahuan yang telah diberikan sehingga menjadi manusia yang beradab dan berbudaya. Semua umat Hindu diharapkan bisa melakukan persembahan pada saat piodalan Sang Hyang Aji Saraswati tersebut, tetapi yang cukup mendominasi anak-anak sekolah.
Pada saat perayaan Hari Raya Saraswati tersebut, tidak semua orang melakukan persembahyangan secara khusus, terkecuali untuk siswa sekolah-sekolah yang ada di Bali, karena saat piodalan tersebut, sekolah melaksanakan upacara piodalan kepada Sang Aji Saraswati, pada saat piodalan tersebut siswa-siswa bersembahyang di sekolah masing-masing, mengucapkan syukur, terima kasih dan mohon tuntunan ilmu pengetahuan untuk bekal hidup. Selain di sekolah, para penekun kerohanian dan mereka yang menjalankan ilmu pengobatan seperti dukun (balian) dan pengabdi ilmu pengetahuan lainnya, biasanya melakukan ritual khusus saat Hari Raya Saraswati tersebut. Pawedalan atau piodalan Hari Raya Saraswati itu setiap 6 bulan sekali (210) menurut kalender Bali berdasarkan pawukon, tepatnya di hari Saniscara (Sabtu) Umanis, wuku Watugunung. Seperti yang dikutip dari lontar Sundarigama tentang hari Saraswati, maka pemujaan terhadap dewi Saraswati dilakukan pada pagi hari atau siang hari, brata yang dilakukan adalah dari pagi sampai siang hari tersebut tidak diperkenankan membaca ataupun menulis, tetapi bagi mereka yang melakukan brata penuh mereka melaksanakannya selama 24 jam penuh, bahkan pada malam harinya dilengkapi dengan semadi.
Gedong Kirtya Singaraja merupakan perpustakaan yang menyimpan warisan leluhur secara turun temurun di Bali. Naskah–naskah dalam bentuk lontar atau Pustaka Lontar tersimpan baik di gedung ini. Pembuktian ini, dapat disaksikan dalam bentuk lontar kuno. Di dalam perpustakaan ini terdapat ribuan koleksi lontar yang tersimpan rapi dalam kotak yang disebut keropak yang panjangnya sekitar 60 centimeter. Setiap hari raya Saraswati wajib melaksanakan persembahyangan bersama di Gedong Kirtya mengingat bahwa itu merupakan tempat atau perpustakaan yang menyimpan berbagai macam lontar kuno dan buku-buku terjemahan lontar. Persembahyangan dilakukan oleh seluruh pegawai Gedong Kirtya dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng.
Sumber : https://www.balitoursclub.net/hari-raya-saraswati/
https://travel.kompas.com/read/2014/02/27/1325580/Memahami.Lontar.Datanglah.ke.Museum.Gedong.Kirtya