0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Peed Aye Duta Kabupaten Buleleng Sukses Memukau Banyak Penonton

Admin disbud | 21 Juni 2025 | 773 kali

Sabtu, 21 Juni 2025 - Peed Aye Duta Kabupaten Buleleng pada Pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-XLVII Tahun 2025.  Yang diwakili oleh Bala Gurnita Institut Agama Hindu  Negeri Mpu Kuturan, Peed aya dilaksanakan di Depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Niti Mandala (MPRB) Denpasar.

Dimana Duta Kabupaten Buleleng, menampilkan enam garapan barisan yang tertata dengan rapi yakni Barisan Pembawa Papan Nama, Pembawa Papan Nama didampingi pasangan Jegeg Bagus berbusana Payas Agung Khas Kabupaten Buleleng. Payas (riasan) yang digunakan dengan ciri khas busana menggunakan “Ksir” di bagian pundak, serta empak-empak dan bunga Tunjung Tutur. Bagian belakang kepala dilengkapi dengan Pusung Songgeng (tata rambut khas Buleleng). Tenun Songket dan Tenun Endek Sutra Mastuli Menambah gemerlap dan memperkokoh identitas Payas Agung Jegeg Bagus Buleleng.


Barisan Uparengga, Dengan nuansa Merah sebagai simbol keberanian Panji Sakti yang turun-temurun diwarisi oleh masyarakat Buleleng baik dalam kehidupan sosial budaya terutama khazanah keseniannya.


Barisan Kesenian Khas Daerah, Buleleng sebagai daerah pesisir yang memilih Pelabuhan Tua yang disebut Pabean menyimpan kehidupan plurarisme dengan penuh keragaman seni dan budaya dengan tanda pura Panca Sila di Kubutambahan. Pada barisan ini ditampilkan Kesenian Janger Menyali, Burdah Desa Pegayaman, Barong Sai Klenteng Ling Gwa Kiong di Eks Pelabuhan Buleleng dan Boneka Gendong dari Desa Les. Diiringi oleh dua orang patih yaitu Ki Dosot dan Ki Dumpyung sebagai penasehat yang senantiasa menjadi abdi setia. Senjata sakti Keris Ki Mundaran menjadi tanda keagungan seorang Panji Sakti di dalam memimpin Kerajaan Buleleng. 


Barisan Garapan Tematik Tari Kreasi, Padeengan Berjudul Bungan Deeng Barisan Menampilkan Garapan tari Kreasi pedeeangan Buleleng. Deeng Buleleng ini dipergunakan khusus saat Upacara Ngaben Utama pada rentetan acara “Pebaktian Keluarga“ dimana semua keluarga yang masih dalam satu trah wajib memberikan penghormatan terakhir kepada Tetua yang di Aben. Keunikan tradisi Ngaben Utama di Buleleng adalah “Ngaturang Bungan Deeng “ artinya jika keluarga bersangkutan mendapatkan “Pemeras” (biasanya setara cucu, cicit, kompyang) mereka wajib Ngaturang / Ngejot dengan ada sepasang Deeng kepada Keluarga yang melaksanakan Upacara Ngaben. Garapan ini diiringi dengan Barungan Angklung Don Pitu Khas Buleleng.


Bandung Rangki Iringan Tabuh Kecil/ Madya, Garapan ini mengisahkan laku masyarakat pedawa yang melakukan praktek Panen Getah Aren/Jaka, dalam bahasa pedawa disebut ngalih nira/ nuwakin hingga diolah menjadi gula aren khas pedawa di rumah Bandung Rangki. Selain itu aktivitas memanen Nira atau Tuak ini merupakan laku yang sangat sakral bagi masyarakat Desa Pedawa. Bahkan ada sebuah kepercayaan untuk tidak boleh berbicara dan saling menyapa sepanjang perjalanan ketika membawa nira atau tuak ini menuju rumah Bandung Rangki. Jika melanggar pantangan tersebut,dipercaya sebagai bentuk tindakan tidak menghargai hasil pohon aren atau pohon Jaka yang dipanen. Sehingga ditakutkan pohon Jaka akan marah dan tidak mau lagi mengeluarkan getah atau tuaknya. Bahkan masyarakat Pedawa juga tidak berani untuk menebang pohon aren atau pohon Jaka yang masih produktif. Untuk menghidupkan suasana pertunjukan dengan nuansa khas desa Pedawa, karya ini menghadirkan bentuk garapan kreasi dalam bentuk barungan madya. Terinspirasi dari pola-pola gamelan gong duwe yang ada di Pedawa, garapan barungan madya ini kemudian diimplementasikan dalam bantuk garapan gamelan gender batel blelengan. Kemudian untuk membangun suasana yang lebih sakral pada garapan ini juga diberikan sentuhan sasendonan atau vokal yang terinspirasi dari cengkok vokal kakidungan sakral yang ada di desa Pedawa.


Barisan Garapan Tematik, Agra Bhuwana Raksa Mengisahkan masyarakat Pedawa yang menjalani ritus Saba malunin di Desa Adat pedawa, sebuah ritus Yang sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda penanda kesuburan kemakmuran dan kedamaian masyrakat Pedawa yang ditujukan kepada Hyang Bhatara Lingsir. Atau dalam bahasa pedawa disebut tegteg, tegteg Ring Pawongan, Palemahan lan Parhyangan. Sebuah tradisi kuno yang diwariskan hingga saat ini oleh masyarakat Pedawa sebagai bentuk laku Penjaga Peradaban Hulu hingga tercapai Jagat Krti.


Barisan Gamelan Adi Mredangga, Adi Mredangga digunakan untuk mengiringi karya ini dengan mengedepankan karakter tabuh tabuh bali Utara seperti Lelonggoran dan Sekatian.