(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Dialog Interaktif Membahas Kebyar Diluar Tembok Akademis

Admin disbud | 24 Juli 2021 | 358 kali

Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng Drs. Wayan Sujana berkesempatan mengisi dialog interaktif di radio RRI Singaraja (24/7). Pada dialog kali ini mengangkat tema "Kebyar Diluar Tembok Akademis" yang diikuti juga oleh seorang praktisi seni I Ketut Pany Ryandhi, S.Sn melalui via telfon. Diceritakan bahwa 1 abad kejayaan Gong Kebyar ternyata tidak membawa pemahaman signifikan tentang apa yang dimaksud "kebyar" dan "kakebyaran". Dua kata yang selalu berdampingan, sering digunakan secara verbal untuk menunjuk sebuah komposisi musik, genre atau orkestra (gamelan Bali).

Pada hasil dialog tadi setidaknya mengerucutkan pemahaman kita bahwa kebyar yang secara anamathopia (peniruan bunyi) berasal dari suara "byar" adalah puncak capaian artistik seni musik (gamelan Bali) abad ke-20, karena banyak ciri-ciri (musikal) dikembangankan setelah tahun 1900-an.

Dalam musik Bali, kebyar adalah konsep universal yg tidak saja menjadi milik gamelan Gong Kebyar, tetapi seiring pengaruh dan perkembangannya, kebyar telah menjadi cerminan budaya populis yg secara artifisial menginisiasi pendangkalan kreativitas, mendistorsi spirit kemunculannya dalam melawan patron musik konservatif warisan puri.

Ternyata apa yang menyebabkan citra buruk pada kebyar--sehingga menjadikan gamelan lain semakin "ngebyar"-- tidak trletak pada "kebyar" dalam arti sesungguhnya, tetapi lebih kepada pendangkalan kreativitas pekerja musik yang menyikapi cara garap komposisional selayaknya produksi musik kebyar dalam gamelan kebyar.

Singkatnya "byar" telah ada jauh sebelum gamelan gong kebyar disinyalir muncul di wilayah utara pulau Bali. "Byar" yang dikerjakan dengan intensi hingga kemudian melahirkan "kebyar" yang "dipopulerkan" lewat barungan gamelan bernama gong "kebyar" sesungguhnya adalah rumah bersama milik semua orkestra (dalam gamelan Bali dan tidak menutup kemungkinan bagi orkestra lain).

Kebyar dan kakebyaran dalam karawitan Bali, keduanya adalah istilah yang digunakan untuk mengelompokan jenis musik, baik instrumental maupun musik untuk tari tanpa batas penggunaan media gamelan.