0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Tari Sanghyang Penyalin

Admin disbud | 04 Juli 2019 | 529 kali

Tari Sanghyang Penyalin Mewarnai Twin Lake Festival Buyan di Tamblingan. Pada Twin Lake Festival (TLF) Buyan – Tamblingan VI - 2019 diwarnai penampilan Tari Sanghyang Penyalin, sebagai tarian sakral yang berasal dari Desa Pancasari. Tarian tersebut, sejatinya pada tempo doeloe bertujuan untuk mengusir ketika ada wabah penyakit, Dan pada gelaran TLF Buyan – Tamblingan ini untuk membersihkan tempat ini secara niskala.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Kabupaten Buleleng Gede Komang yang ditemui di sela-sela acara pembukaan TLF Buyan – Tamblingan, Rabu (03/07) mengatakan, bahwa tarian ini dilakukan mengingat tempat pelaksanaan TLF ini banyak pembenahan, sehingga selain dibersihkan secara skala saja, alangkah baiknya dibersihkan secara niskala juga, agar acara dapat berjalan dengan lancar yang dilandasi dengan ritual keagamaan.

Tarian ini secara umum hampir sama tujuannya dengan tarian Sanghyang Memedi dan Sanghyang Dedari. ”Melalui tarian ini, jangan sampai kita melupakan tradisi leluhur agar seni dan budaya tetap terjaga,” katanya.

Sementara itu, usai mendampingi para penari, Ketua Sekaa Tari Sanghyang Penyalin Gede Adi Mustika menjelaskan, tarian Sanghyang Penyalin merupakan tarian pra Hindu yang sudah ada sejak tahun 1958. Saat ini, para penarinya sudah memasuki generasi yang ke-3 yang bernama Sekaa Sang Hyang Puspa Mala Giri.

Makna dari tarian penyalin ini, menurut Adi Mustika, adalah untuk menghibur para buta kala, agar umat manusia tidak diganggu lagi.”Ini hampir sama dengan pecaruan, kalau pecaruan itu identik dengan persembahan berupa sajen, kalau ini berupa tarian,” jelasnya.

Tarian ini, lanjut Adi Mustika, biasanya digelar bertepatan dengan rahina Tilem ke-Enem atau ngelawang desa, karena tepat pada Tilem kenem tersebut memasuki musim pancaroba, dan tarian ini juga dipercaya untuk menolak bala.

Karena itu, untuk penarinya, tidak sembarang orang bisa melakukannya, hanya orang-orang yang memiliki iman dan takwa yang kuat saja biasanya dapat menarikan tarian ini atau dalam umat Hindu biasa disebut “Ngiringang” atau “Metaksu”.”Kalau yang menarikan tidak berjodoh, maka dia akan terjatuh, begitu sebaliknya, jika berjodoh atau “ngiringang”, maka dapat melakukannya,” pungkasnya. 

Sumber : www.dewatanews.com