Sejarah perang Jagaraga tidak bisa dilepas dari adanya peristiwa perang Buleleng. perang Buleleng terjadi pada tahun 1946 yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Buleleng yang dilatarbelakangi oleh tuduhan Belanda bahwa kerajaan Buleleng melanggar kesepakatan yang mereka buat agar melindungi para pedagang yang melalui pantai kekuasaan Buleleng. Perang tersebut membuat I Gusti Ngurah Djelantik tidak terima dan membuat benteng pertahanan di kawasan Jagaraga karena daerah tersebut merupakan daerah pemantauan. Benteng pertahanan Jagaraga sesungguhnya diawali dengan pembentukan Desa Jagaraga pada tahun 1846 dalam rangka untuk menghimpun kekuatan laskar-laskar kerajaan Bali yang tersebar di seluruh Bali dihimpun di Jagaraga agar bisa dimanfaatkan untuk melawan Belanda. Karena berita tersebut bocor maka timbullah peristiwa penyerangan Belanda ke Jagaraga yang dikenal dengan perang Jagaraga.
Tim kajian sejarah Bali, Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Udayana diberikan kepercayaan untuk menyusun sejarah Perang dan Puputan Jagaraga dimana arahnya untuk menanamkan nilai-nilai perang dan puputan Jagaraga. Dari pihak tim sangat antusias terhadap pendirian dari masyarakat Jagaraga sendiri dan pemda Buleleng khususnya Dinas Sosial, Dinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata.
Monumen tersebut sekarang sudah dikembangkan menjadi objek wisata sejarah dan juga objek wisata seni dan budaya Jagaraga itu sendiri dan juga merupakan sumber dari pengembangan seni dan budaya. Banyak yang masih diperlukan di tempat wisata tersebut seperti guide yang khusus mengetahui tentang bagaimana sejarah perang Jagaraga dan hal tersebut akan menjadi pemikiran dari Pemkab.
Objek wisata ini juga nantinya bisa dijadikan sebagai pemberdayaan objek wisata sejarah terutama dan sarana edukasi untuk para pelajar, generasi muda tentang pemahan nilai-nilai perang Jagaraga. Masih terdapat beberapa peninggalan-peninggalan seperti Pura Dalem Segara Madu yang ada kaitannya dengan peristiwa perang dan sistem perbentengan yang namanya Supit Urang yang masih terkesan kotor dan kumuh dan harus menjadi perhatian, harus dikelola dan dikonstruksi kembali.