(0362) 330668
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Melalui Dialog Budaya Dengan Komunitas Kita Lestarikan Warisan Budaya Dunia "Wayang Wong"

Admin disbud | 14 Juni 2017 | 1328 kali

Dinas Kebudayaan berkerjasama dengan BPNB (Badan Pelestarian Nilai Budaya) Bali mengadakan acara dialog budaya dengan komunitas dengan tujuan untuk mempromosikan budaya daerah yang dapat dijadikan warisan budaya dunia. Acara ini diawali oleh sambutan Kepala BPNB (Badan Pelestarian Nilai Budaya) Bali I Made Dharma Suteja, S.S, M.Si. yang mengatakan salah satu syarat mendaftarkan warisan budaya dunia harus mendaftarkan warisan budaya Indonesia dan mengusulkan kepada Kepala Dinas Kebudayaan I Putu Tastra Wijaya untuk bisa mengusulkan atau mendaftarkan beberapa kebudayaan yang hampir punah di Kabupaten Buleleng untuk bisa dimasukkan ke dalam kategori warisan budaya dunia. Setelah sambutan dari Kepala BPNB Bali kemudian dilanjutkan oleh sambutan Kepala Dinas Kebudayaan I Putu Tastra Wijaya, MM sekaligus meresmikan pembukaan acara dialog budaya ini.  Adapun peserta yang hadir di acara ini adalah Kepala-kepala OPD Daerah Buleleng, Ketua Listibya, Ketua Sanggar, Ketua Majelis Madya atau yang mewakili, Siswa siswi SMA dan SMK, Mahasiswa, Budayawan dan Tokoh Masyarakat. 

Ragam budaya adalah identitas bangsa yang harus dilestarikan agar bisa menjadi warisan anak cucu kita kelak. warisan budaya dibagi menjadi dua yaitu warisan budaya benda dan tak benda. Adapun warisan budaya benda seperti Candi dan Pura yang tidak bisa dipindah-pindahkan dan warisan budaya tak benda seperti tari-tarian, angklung yang tidak bisa dipegang atau bersifat berpindah-pindah. Provinsi Bali memiliki banyak warisan budaya khususnya daerah Kabupaten Buleleng yang memiliki warisan budaya yang termasuk kategori tak benda yaitu Wayang Wong dari Sanggar Guna Murti yang juga ditampilkan dalam acara dialog budaya ini. Salah satu seni yang tumbuh dan berkembang di Desa Tejakula, berintegrasi, mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan dinamika jaman, eksis di era global sampai detik ini adalah Wayang Wong. Wayang Wong telah menjadi kebanggaan masyarakat Buleleng, bahkan masyarakat dunia yang telah memberikan warna lain dalam seni pewayangan, sebagai pengetahuan budaya yang kehadirannya sangat dinanti-nanti masyarakat.

Acara dialog budaya ini berlangsung dengan sangat baik dimana banyak peserta sangat berantusias untuk mengajukan beberapa pertanyaan mengenai bagaimana Wayang Wong ini bisa dijadikan warisan budaya dimana diantaranya:

1. Bisakah pakaian Wayang Wong diganti agar lebih menarik serta menggunakan mic agar suara yang dipentaskan bisa lebih didengar ? (Panca, STKIP Singaraja)

2. Apa ada syarat khusus untuk menarikan Wayang Wong ? (Intan, STIE Singaraja)

3. Bagaimana tata panggung agar bisa menarik penonton ? (Nyoman Griya, SMK 1 Singaraja)

4. Apakah tari Wayang Wong bisa di tarikan oleh orang lain, tidak hanya turun temurun ? (Meri, SMK 1 Singaraja)

5. Apa upaya Dinas Kebudayaan agar masyarakat berminat menonton Wayang Wong ? (Mahardika, Wartawan)

Adapun jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah :

1. Pakainan tari Wayang Wong bisa diganti sesuai perkembangan Zaman dan bisa diupayakan menggunakan mic.

2. Syarat khusus adalah harus lapor terlebih dahulu kepada ketua sekaa, harus menjadi krama Wayang Wong, harus matur piuning dengan Banten Pejatian dan yang paling penting harus bisa menari. Yang sudah menjadi penari Wayang Wong dikatakan jika memiliki keturunan harus juga ikut bisa menari Wayang Wong karena jika tidak bisa terkena sanksi yaitu sakit yang tidak bisa diobati secara medis. 

3. Tata panggung bisa diupayakan agar lebih menarik.

4. Tari Wayang Wong bisa ditarikan oleh orang lain tidak hanya turun temurun yang penting bisa menari.

5. Agar masyarakat berminat menonton Wayang Wong dapat diupayakan dengan topeng-topeng dan pakaian bisa diganti dengan yang lebih menarik.

Selain sesi tanya jawab ada juga beberapa peserta memberikan saran-saran salah satunya saran dari Kepala BPNB Bali yaitu bagaimana mengedukasikan kepada anak-anak muda untuk lebih mengenal budaya daerahnya sendiri misalkan dibuatkan dokumentasi atau alat edukasi atau maestro wayang wong datang ke sekolah-sekolah untuk mengajak praktik langsung misalnya wisatawan atau pelajar diminta datang ke Desa Tejakula.