Dinas Kebudayaan Buleleng melaksanakan rapat perihal menyerap aspirasi Stakeholder dalam penyusunan program bidang kesenian di ruang rapat Kepala Dinas Kebudayaan Senin, 25 Februari 2019. Rapat ini dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Drs.Gede Komang,M.Si dan didampingi oleh Kepala Bidang Kesenian Drs.Wayan Sujana. Rapat ini dihadiri oleh PHRI, Listibya, Ketua Sanggar Santhi Budaya, Ketua Sanggar Manik Uttara, Ketua Sanggar Wahyu Semara Santhi dan Kasi Pariwisata dan staf Dinas Pariwisata. Pada rapat ini lebih membahas ke arah bagaimana program kesenian pageralaran rutin di Dinas Kebudayaan Buleleng untuk terus bisa berjalan dan bisa mendatangkan lebih banyak tamu lagi setiap minggunya. Mengingat tujuan dari pagelaran rutin ini adalah untuk meningkatkan jumlah tamu yang datang ke Buleleng dan menghidupkan kembali seni budaya Buleleng. Seperti yang sudah kita ketahui begitu banyak festival-festival yang sudah sering dilaksanakan yang telah menjadi program pemerintah Buleleng. Seperti Buleleng Festival, Pemuteran Festival, Lovina Festival, Twinlake Festival dan lain-lain. Semua festival yang ada sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu menarik lebih banyak lagi tamu lokal maupun asing untuk datang ke Buleleng. Begitu juga dengan Dinas Kebudayaan Buleleng yang kini mempunyai program baru yaitu pagelaran rutin tari topeng dan barong yang dilaksanakan di Wantilan Sasana Budaya. Karena pemerintah belum ada program untuk pagelaran seni rutin, maka dari itu Dinas Kebudayaan Buleleng masih bersifat mandiri dalam melaksanakan pagelaran rutin yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Hal yang paling penting yaitu pagelaran rutin ini bisa dikenal terlebih dahulu oleh masyarakat. Untuk tari khas Buleleng yaitu tari Taruna Jaya belum bisa ditampilkan dalam pagelaran rutin karena belum ada karyawati Dinas Kebudayaan yang menguasai Tari tersebut mengingat pagelaran rutin ini ditarikan sendiri oleh karyawan dan karyawati Dinas Kebudayaan Buleleng. Jika mengambil penari dari luar dinas atau sanggar hal tersebut belum bisa dilakukan karena membutuhkan banyak biaya untuk membayar penari luar. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut sedang direncanakan oleh Pemkab Buleleng untuk membuat program pagelaran seni rutin yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Buleleng agar memiliki anggaran khusus untuk bisa memberikan penampilan tari yang tidak monoton dan tidak membosankan.
Beberapa masukan yang dapat disimpulkan dari rapat ini diantaranya dari PHRI bahwa mereka sangat mendukung kegiatan ini karena lebih menghidupkan pariwisata di Bali Utara. Dari pihak PHRI hanya bisa membantu dari segi promosi. Dari pihak PHRI menyarankan untuk membuat banner bahwa Bali Utara terdapat pagelaran rutin setiap hari Jumat di Wantilan Sasana Budaya. Pemasangan Banner mungkin bisa dipasang di beberapa tempat yang sering dilalui oleh wisatawan asing seperti Gitgit atau Bedugul. Kemudian untuk softcopy banner juga bisa didistribusikan ke setiap hotel agar pihak hotel bisa mencetak dan memasang di hotel masing-masing. Dan dari pihak Dinas Pariwisata bidang promosi juga siap mendukung program ini dan membantu dalam hal promosi. Saran juga dari pihak Listibya agar seni pertunjukkan tersebut lebih dikemas lagi agar tidak membosankan dan tidak monoton. Begitu juga durasi waktu agar tidak terlalu lama. Para tamu asing dikenal sangat menghargai pertunjukkan seni Bali. Banyak dari mereka pasti akan membandingkan seni budaya Bali Utara dan Bali Selatan. Dan jika memang pagelaran rutin ini mengenai tari topeng dan barong maka setiap minggunya tari topeng dan barong untuk tetap ditampilkan. Jangan sampai di banner sudah terpasang konten mengenai tari topeng dan barong, tapi saat tampil tari tersebut tidak ada, hal tersebut akan mengecewakan tamu yang datang. Biarkan para travel agent dan tamu mengingat bahwa jika ingin menonton kecak mereka bisa datang ke Ubud dan jika ingin menonton topeng dan barong maka mereka bisa datang ke Bali Utara yaitu Buleleng. Dari pihak sanggar juga sangat mendukung program ini dan siap untuk ikut berpartisipasi atau ngayah dalam pelaksanakaan pagelaran rutin ini. Dan mengingat pagelaran ini dilaksanakan di jam kerja yaitu pada siang hari, maka pihak Dinas Kebudayaan juga harus bisa memberikan surat dispensasi untuk anak-anak sekolah yang menjadi anggota sanggar yang akan tampil dalam pagelaran ini.
Dari Dinas Kebudayaan menekankan bahwa untuk pegelaran seni rutin ini untuk sementara yang bisa ditampilkan hanya tari topeng dan barong mengingat belum adanya anggaran lebih untuk menampilkan tari-tarian yang lain. Tapi tetap tidak menyurutkan semangat Dinas Kebudayaan untuk tetap meningkatkan kualitas seni budaya yang akan ditampilkan dan tidak menutup kemungkinan nantinya akan ditampilkan juga tari-tarian lainnya yang menjadi khas dari Daerah Buleleng.