0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Pementasan Gong Kebyar Wanita Pada PKB XLI Tahun 2019

Admin disbud | 09 Juli 2019 | 679 kali

Pementasan gong kebyar wanita ditampilkan oleh sanggar seni Wahana Santhi Desa Umajero Kecamatan Busungbiu sebagai duta Kabupaten Buleleng pada Pesta Kesenian Bali ke XLI tahun 2019 di panggung terbuka Ardha Candra Denpasar Senin, 8 Juli 2019. Beberapa pementasan yang ditampilkan yaitu : 

1. Tabuh Kreasi Merak Ngelo

Komposisi ini merupakan sebuah kompilasi yang terdiri dari beberapa komposisi lainnya seperti gagenderan Sekar Gendot karya Lotring, komposisi Gambang Suling, Kusir Dokar karya I Ketut Merdana dari desa Kedis.
Kontruksi musikal komposisi ini terdiri dari dua frase gagenderan dengan pola garap minimax, yaitu pemanfaatan jalinan dinamis untuk melodi yang stagnan begitu pula pola garap melodi yang dinamis dengan pola ornamentasi jalinan yang statis. Dua Frase gagenderan dalam komposisi ini dihubungakan dengan pola transisi bapang serta sebuah kalimat melodi pendek dengan permainan kamuflase tempo. Komposisi ini merupakan sebuah karya yang edukatif ketika hendak diselami konstruksi musikalnya. Banyak terdapat gagasan baru di dalamnya yang tentunya keluar dari ranah konvensional ketika itu. Komposisi ini tidak meninggalkan kematangan musik tradisi ketika itu, dengan berpijak pada tradisi lama sebagai sumber ilham kekaryaan.
Komposisi ini merupakan sebuah karya kreatif seniman Buleleng Gusti Bagus Suarsana dan dibawakan pertama kali tahun 1974 oleh sekaa Gong Desa Perean Tabanan hingga pada akhirnya hijrah ke Buleleng dan terkenal dengan sebuatn genderan Perean.

2. Kebyar Dang “Citta Utsawa”

Kebyar Dang Citta Utsawa merupakan sebuah komposisi instrumental dengan sentuhan vocal. Komposisi ini terdiri dari beberapa segmen yang diawali dengan pola kebyar sebagai identitas komposisi ini, kemudian disambung dengan pola bapang sebagai transisi menuju ke pola gagenderan. Setelah pola gegenderan berakhir komposisi ini disambung dengn pola Bapang yang juga berfungsi sebagai transisi menuju pengawak dimana dalam bagian pengawak terdapat sentuhan vokal dengan membawa pesan pembangunan. Komposisi ini diciptakan oleh I Wayan Beratha (alm) pada tahun 1984.

3. Tari Palawakya

Tari Palawakya merupakan sebuah masterpiece karya Wayan Paraupan atau lebih dikenal dengan sapaan Pan Wandres. Tari ini menuntut kemampuan virtuistik yang tinggi, sebab dibutuhkan 3 keterampilan sekaligus dalam menarikannya yaitu seorang penari dituntut untuk menguasai kemampuan menari, menabuh dan malawakya. Tarian ini mulai dikembangan pada tahun 1963.
Tarian ini mengisahkan seorang pujangga yang sedang membacakan ayat-ayat suci didepan tamu kerajaan.

4. Tari Kreasi Merdana Menari

Merdana Menari adalah bentuk penghormatan terhadap kesenimanan seorang Ketut Merdana, yang dalam karyanya senantiasa mendobrak kemapanan tradisi dengan sebuah substansi karya yang progresif. Merdana Menari adalah sebuah kompilasi gerak yang me-reintepretasi proses penciptaan tari Wiranjaya dengan penambahan vokabuler gerak yang terkesan terdistorsi dari bentuk originalnya. Kemampuan seorang Merdana yang multi talent diejawantahkan dalam hubungannya dengan dimensi gerak yakni sebagai seorang penari, sekaligus sebagai seorang komposer. Konstruksi komposisi musik Merdana Menari digarap secara minimalis dengan konsep minimax yaitu memanfaatkan satu melodic line yang bersumber dari melodi pokok Wiranjaya, serta diberikan penekanan aksentuasi dengan matra yang berbeda, namun orientasi melodi yang sama.