0362 3303668
087894359013
disbudbuleleng@gmail.com
Dinas Kebudayaan

Pertunjukan Wayang Wong Dengan Lakon Gugurnya Patih Prahasta

Admin disbud | 19 Juni 2019 | 960 kali

Pagelaran Seni Klasik Khas Buleleng yang dimainkan oleh Sekaa Wayang Wong Guna Murti dari Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng merupakan salah satu pementasan bagian dari agenda Pesta Kesenian Bali ke 41 tahun 2019. Pagelaran ini dilaksanakan di Kalangan Angsoka areal Taman Budaya  Selasa ,18 Juni 2019. Sekaa ini menyajikan pertunjukan wayang wong dengan lakon Gugurnya Patih Prahasta di Kalangan Angsoka. Patih Prahasta akhirnya turun ke medan laga.  Meski pada awalnya patih senior di Negeri Alengka ini sudah wanti-wanti kepada Rahwana, keponakannya sendiri, untuk tidak membuat gara-gara dengan menculik Dewi Sita. Namun ambisi Rahwana rupanya tak bisa dibendung. Dewi Sita diculik,  dan perang antara Rahwana dan Rama beserta adiknya, Laksamana, ditambah lagi dengan pasukan wanara tak bisa dihindari. Lantaran kecintaannya pada negeri sendiri, Alengka, Prahasta memilih ikut bertempur, kendati pada akhirnya dia gugur. 

Pada pementasan ini pesan yang ingin disampaikan dalam cerita Gugurnya Patih Prahasta adalah penanaman sikap cinta tanah air. Pementasan wayang wong dari Tejakula ini melibatkan sekitar 40 orang penari dan penabuh. Wayang wong yang dipentaskan dalam acara PKB kali, merupakan duplikat dari wayang wong yang tersimpan di Pura Desa Tejakula. Sebab, tarian wayang wong yang sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia tahun 2015 ini, memiliki sisi sakral. Di antara sekaa tersebut, ada juga dua pemain wayang wong perempuan. Salah seorang di antaranya adalah Ni Luh Ayu Widiastini. Dia berperan sebagai Laksamana. Diantara beberapa penari wayang wong terdapat enam personel muda sebagai penari wayang. Keenam penari ini adalah generasi penerus yang disiapkan untuk melanjutkan perjuangan pelestarian kesenian wayang wong. Meski generasi penerus ini terbilang sulit ditemukan, dalam pemilihan penari tidak bersifat asal-asalan. Selain kesenian ini bersifat sakral, selektif dilakukan untuk menumbuhkan minat anak lainnya untuk mengenal wayang wong.