Salah satu tari legong Kekebyaran ini mulai tumbuh kembang di Desa Banyuatis pada tahun 1959. Dimana tarian ini eksis di lingkungan kerajaan Karangasem pada tahun 1950-an dengan iringan gamelan pelegongan dan samara pegulingan, namun karena situasi pada saat itu tidak memungkinkan, tarian ini mengalami kemunduran, selanjutnya tarian ini dibawa ke Buleleng dan digubah kembali oleh penciptanya sesuai dengan karakter Bali Utara Dauh Njung.
Tarian ini mengalami kejayaan di wilayah Desa Banyuatis hingga sampai ke Istana Tampak Siring pada saat itu tarian ini sering digunakan sebagai tarian penyamput tamu kenegaraan oleh Presiden Soekarno, namun tarian ini kembali mengalami kemunduran karena politik saat itu. Tarian ini berhasil direkonstruksi pada tahun 2015 oleh Ida Ayu Wimba Ruspawati sebagai bahan kajian desertasi. Tarian ini terkesan unik karena merupakan hasil alkulturasi dan kolaborasi antara nafas Bali Selatan dan Bali Utara dimana hal ini terlihat dari perpaduan gerak tari dan kostum ala Bali Selatan yang disandingkan dengan karakter Kekebyaran Buleleng yang menghasilkan garapan Tari Legong Tombol yang berarti tarian menggunakan Gegelungan yang merupakan simbol keagungan sesuai dengan ciptaan Maestro Legong I Wayan Rindi